Komitmen pemerintah mendukung pengembangan vaksin Merah Putih secara mandiriJakarta (ANTARA) - Ketua Pengembangan Vaksin COVID-19 Universitas Airlangga (Unair) Prof Fedik Abdul Rantam mengatakan kolaborasi dan sinergi triple helix menjadi salah satu kunci penting untuk menyukseskan pengembangan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 di tengah keterbatasan sumber daya.
"Kami tidak bisa berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari teman-teman termasuk Kementerian Kesehatan, BPOM, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), karena itu kekurangan yang ada kita bisa lari ke sana ke mari termasuk kita memverifikasi virus, kita juga terus terang pinjam kromatografi ke BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang sudah terintegrasi ke BRIN)," kata Fedik dalam Webinar Ketahanan Kesehatan Nasional: Pengembangan Vaksin Merah Putih di Jakarta, Rabu.
Fedik menuturkan ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk proses pengembangan bibit vaksin menjadi hambatan yang luar biasa seperti yang terjadi pada riset bibit vaksin COVID-19 yang dikembangkan Unair. Ia dan tim berkoordinasi dengan sejumlah pihak dan meminjam alat ke institusi lain.
Menurut dia, triple helix menjadi kunci penting untuk percepatan pengembangan vaksin Merah Putih, dengan dibarengi dengan komitmen tinggi dan saling menghormati di setiap pemangku kepentingan termasuk peneliti/perguruan tinggi, pemerintah dan industri.
Ia mengatakan pengembangan vaksin Unair dari awal, lanjut ke uji klinis dan berbagai proses ke depannya hingga nantinya vaksin bisa mendapatkan izin penggunaan darurat juga tidak terlepas dari bantuan pendampingan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dengan demikian, tahapan pengembangan dan hilirisasi vaksin bisa terus berjalan sesuai dengan target dan memenuhi standar dan regulasi yang berlaku.
"Kami mengapresiasi komitmen pemerintah yang tetap memegang teguh keputusan untuk mendukung pengembangan vaksin Merah Putih secara mandiri," katanya.
Sementara Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif BPOM Maya Agustina Andarini mengatakan kolaborasi, komunikasi dan diskusi yang intens antar pemangku kepentingan penting dimulai sejak awal merancang vaksin hingga nanti mendapatkan izin penggunaan darurat.
Sinergi dan kolaborasi yang kuat dalam triple helix akan mencegah kegagalan hilirisasi produk riset dan pengembangan atau valley of death, sehingga produk riset yang dikembangkan para peneliti nantinya bisa komersial dan menjawab kebutuhan masyarakat.
***3***
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022