Tokyo (ANTARA) - Dolar Australia melonjak di sesi Asia pada Rabu sore, setelah komentar dari seorang pejabat senior China mendorong harapan untuk lebih banyak stimulus, sementara dolar AS diperdagangkan mendekati level tertinggi lima tahun terhadap yen karena pasar memperkirakan Federal Reserve akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
Aussie bertambah 0,34 persen menjadi 0,7223 dolar, menempatkan beberapa jarak dari palung Selasa (15/3/2022) di 0,71650 dolar, yang merupakan level terendah bulan ini, setelah kantor berita Xinhua mengutip Wakil Perdana Menteri Liu He mengatakan China akan meluncurkan langkah-langkah kebijakan yang menguntungkan bagi pasar modalnya.
"Australia dan China memiliki hubungan ekonomi yang sangat kuat, sehingga dolar Australia akan selalu bergerak mengikuti berita China," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi mata uang senior di Daiwa Securities.
"Selain China, sangat mudah bagi Aussie untuk naik pada setiap perkembangan positif untuk komoditas-komoditas saat ini."
Baca juga: Dolar dekati puncak 5-tahun pada yen, Aussie jatuh karena risiko China
Dolar AS kehilangan 0,30 persen menjadi 6,3629 yuan di pasar luar negeri, yang akan menjadi penurunan harian tertajam dalam sebulan.
Greenback berdiri di 118,305 yen, sedikit berubah dari Selasa (15/3/2022), ketika mencapai 118,450 yen untuk pertama kalinya sejak Januari 2017.
Mata uang AS mendapat dukungan dari lompatan imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang ke tertinggi lebih dari dua tahun menjelang keputusan Fed, sementara yen juga telah dirusak oleh melonjaknya harga minyak dan komoditas lainnya, melemahkan persyaratan perdagangan Jepang.
Pasar uang sepenuhnya memperkirakan untuk kenaikan suku bunga pertama dalam tiga tahun, dan memberikan peluang 13 persen untuk kenaikan setengah poin persentase.
Sementara itu, harapan beberapa terobosan dalam negosiasi Rusia-Ukraina untuk mengakhiri konflik membuat euro memperpanjang pemulihannya dari penurunan ke level terendah hampir 22 bulan awal bulan ini.
Baca juga: Dolar Aussie naik, obligasi turun, meredanya krisis Ukraina jadi fokus
Itu membantu menjaga indeks dolar - yang mengukur greeback terhadap enam mata uang utama lainnya, dengan euro yang paling tertimbang - terjebak di bawah 99, dari setinggi 99,415 pada awal pekan lalu. Indeks terakhir berdiri di 98,853, turun 0,08 persen dari Selasa (15/3/2022).
"Entah sedih atau tidak, tampaknya ada optimisme yang bertahan lama (berasal dari) fakta bahwa Rusia dan Ukraina masih berbicara," membantu euro stabil, kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank.
Untuk greenback, "pertanyaan yang lebih besar adalah bahwa ada banyak bukti historis bahwa dolar mencapai puncaknya segera setelah Fed memulai siklus pengetatan, jadi ada banyak kepentingan apakah yang dilakukan Fed ternyata menjadi sesuatu yang menguntungkan," dengan indeks dolar mencapai sekitar 100, kata Attrill.
Euro menguat 0,17 persen menjadi 1,09710 dolar, dari palung 1,08060 dolar pada 7 Maret.
Sterling naik 0,08 persen menjadi 1,3053 dolar, bangkit dari level terendah 16 bulan di 1,3000 dolar di sesi sebelumnya, dengan bank sentral Inggris (BoE) mengumumkan keputusan kebijakannya pada Kamis (17/3/2022), dan secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga seperempat poin lagi.
"Dengan Inggris lebih terekspos pada guncangan pasokan Rusia daripada AS, kami pikir risikonya terletak pada kekecewaan oleh BoE dan sterling yang lebih lemah turun ke 1,2894 dolar," tulis analis Commonwealth Bank of Australia Kristina Clifton dalam catatan klien.
Bank sentral Jepang (BoJ) diperkirakan akan membiarkan pengaturan kebijakan yang sangat longgar saat meninjau kebijakannya pada Jumat (18/3/2022).
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022