Amlapura (ANTARA News) - Seniman I Gede Gusman Adi Gunawan menampilkan karya seni tarinya, Megeret Pandan, dalam ajang Festival Kesenian Nasional (FKN) di Jakarta pada 19-23 November 2011.
"Tari Megeret Pandan yang diangkat secara artistik menjadi sajian tari yang indah. Kemurnian gagasan itulah memberi bobot penilaian ditampilkannya tari tersebut dalam ajang FKN di Jakarta," kata Gusman di Amlapura, ibu kota Kabupaten Karangasem, Bali, Selasa.
Ia mengemukakan bahwa tari Megeret Pandan diwujudkan dalam sebuah kreasi seni dengan pengembangan unsur-unsur gerak tradisi, di samping mencoba mencari model gerakan baru yang masih berpijak pada tradisi masyarakat.
Karya tari kreasi tersebut menggambarkan aktivitas budaya masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan sebagai eksplorasi seni dan tradisi dengan esensi gerak tari Bali yang dibawakan oleh delapan orang penari.
Delapan penari itu terdiri dari empat penari putra dan empat penari putri dengan durasi waktu kurang lebih 17 menit.
Karya tari ini murni lahir dengan berbekal pemahaman tentang aspek historis, filosofis, dan budaya masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan.
"Karya ini merupakan karya asli yang belum pernah digarap oleh orang lain, khususnya dalam bentuk tari kreasi," kata Gusman.
Dengan demikian, lanjut dia, karya orisinil tersebut dapat dipertanggungjawabkan, baik secara akademis maupun hukum.
Ia menjelaskan bahwa karya tari kreasi Mageret Pandan menggunakan struktur pengawit, papeson, pengawak, dan pengecet.
Pada bagian-bagian tersebut selalu memiliki keterkaitan untuk membentuk suatu alur gerakan yang dinamis.
Menurut dia, dalam menemukan dan menentukan ide memerlukan suatu perenungan dan pemikiran dalam waktu relatif lama karena ide merupakan landasan pokok dalam mewujudkan suatu karya seni yang diinginkan.
Oleh sebab itu, dia berpendapat bahwa kematangan dari sebuah ide sangat berpengaruh dalam proses terbentuknya suatu kreasi seni.
"Secara sederhana, ide atau gagasan karya ini terlintas di pikirkan setelah melalui rangsangan visual dengan melihat aktivitas masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan saat melakukan ritual keagaman yang di dalamnya terdapat rangkaian aktivitas, salah satunya adalah Mageret Pandan," jelasnya.
Rangkaian aktivitas tersebut menumbuhkan ide untuk menciptakan seni pertunjukan yang di dalamnya terdiri dari tari, musik, vokal, tata busana, dan tata ruang.
Karya ini pada prinsipnya tetap berpijak pada pola tradisi yang diolah menjadi suatu karya inovatif dengan menggunakan properti payung sebagai simbol dari keceriaan dan kegembiraan masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan dalam menyambut hadirnya upacara keagamaan Usaba Sambah.
Karya tari itu juga menggunakan properti pandan berduri dan "gebogan" sebagai simbol ketulusan dalam menjalankan ritual keagamaan.
Untuk mengiringi tarian tersebut, Gusman memanfaatkan beberapa alat musik dari gamelan "Gong Kebyar".
Biasanya masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan menggelar tarian itu pada bulan kelima penanggalan Bali untuk menghormati Dewa Indra, yaitu dewa yang disembah oleh masyarakat setempat sebagai dewa perang.
Sang dewa perang itu dihormati dengan tetesan darah sehingga atraksi perang pandan atau Mageret Pandan dilakukan tanpa rasa dendam. Masyarakat membawakan tarian itu penuh keceriaan, meskipun harus saling melukai dengan duri pandan.
(ANT-199/M038)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011