Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Riset Dan Teknologi (Meneg Ristek) Kusmayanto Kadiman berharap agar isu mengenai nuklir tidak lagi dipolitisir sehingga rencana Indonesia untuk memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada 2016 dapat terwujud.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Meneg Ristek seusai menjamu perwakilan Australian National University (ANU) di Jakarta, Kamis.
"Tantangan terbesar kita terkait dengan energi nuklir saat ini bukan lagi pada masalah tehnologi tetapi lebih kepada bagaimana mendidik masyarakat. Dengan kata lain tehnologi sebetulnya sudah di tangan, tetapi dalam dua kali Pemilu yang kita lewati seringkali nuklir menjadi isu politik," katanya.
Menurut dia, mendidik publik Indonesia untuk menerima pemanfaatan energi nuklir memang bukan perkara mudah mengingat sudah dua dekade Indonesia berkutat pada permasalahan itu.
Rencana Indonesia untuk memiliki PLTN pada 2004-pun kandas bukan saja karena krisis moneter tetapi juga disebabkan oleh masyarakat yang belum sepenuhnya menerima.
"Padahal salah satu permasalahan krusial yang mengakibatkan Indonesia berada dalam kondisi ekonomi seperti ini adalah karena Indonesia terlambat beralih ke energi selain minyak bumi sehingga setiap ada pergerakan harga minyak dunia kita menangis," katanya.
Indonesia, kata dia, terlambat beralih ke batu bara, gas serta sejumlah energi alternatif lainnya.
"Padahal, kita tidak hanya memberikan informasi tentang kebaikan nuklir tetapi juga seluruh dampaknya. Saya juga sudah berbicara dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) mengenai kemampuan Indonesia jadi tidak ada alasan untuk meragukan kemampuan sumber daya manusia kita," ujarnya.
Sekalipun lokasi PLTN belum dipastikan tetapi Meneg Ristek mengatakan bahwa setidaknya untuk rencana 2016 PLTN akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi listrik di Pulau Jawa, Madura dan Bali.
Lebih lanjut, Kusmayanto mengatakan, sekalipun investasi untuk membangun PLTN cukup mahal, tetapi daya jual energi yang dihasilkan oleh PLTN jauh lebih murah dari sumber energi lainnya.
"Satu-satunya yang bisa di bawah 4 sen dolar AS per kilo watt jam adalah batu bara," ujarnya.
Efektivitas PLTN nantinya memang akan diukur menggunakan standar ekonomi, dengan PLTN diperkirakan harga jual listrik empat sen dolar AS per kilo watt jam sedangkan PLN sekarang menjual listrik seharga delapan sen dolar AS per kilo watt jam.
Itu baru reaktor generasi pertama, untuk generasi dua dan selanjutnya diperkirakan harganya akan mencapai dua sen dolar AS per kilo watt jam.
Mengingat rentannya isu nuklir terhadap berbagai upaya untuk politisasi maka Kementerian Ristek memasukan nuklir dalam kebijakan energi nasional yang telah disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir Januari 2006.
"Rencana saya tadinya akan telah disetujui pada Desember 2005 tetapi ternyata meleset satu bulan. Tetapi setidaknya dengan disetujuinya kebijakan energi nasional tersebut kemungkinan untuk mempolitisasi isu nuklir sedikit berkurang," katanya.
Ketiga kebijakan energi nasional tersebut adalah peraturan presiden dan intruksi presiden mengenai pengolahan batu bara di mulut tambang, pemanfaatan gas alam dan energi alternatif seperti nuklir, bio-fuel dan lain-lain.(*)