Jakarta (ANTARA News) - Ketidakpastian mengenai penyelesaian krisis utang Eropa mendorong pelaku pasar di pasar uang spot antarbank Jakarta Senin melepas rupiah.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan sesi pagi Senin melemah 60 poin menjadi 8.820 per dolar AS setelah pada hari sebelumnya ditutup pada 8.760.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova, mengatakan bahwa sentimen negatif mengenai masalah utang di Eropa dan Amerika Serikat menempatkan rupiah dalam posisi tertekan.

Pelaku pasar juga menunggu Bank Sentral AS (The Fed) yang akan mengadakan pertemuan untuk membahas masalah krisis utang yang melanda negara paman Sam, katanya.

Menurut dia, The Fed diperkirakan akan membahas program paket stimulus lanjutan dalam upaya mendorong ekonominya tumbuh lebih baik.

Pertumbuhan ekonomi AS makin terpuruk dari semula diperkirakan tumbuh tiga persen hanya sekitar 1,5 persen, katanya.

Karena itu, lanjut dia, para pelaku asing aktif melepas rupiah untuk membeli dolar yang akan dibawa ke negaranya karena pasar saat ini kekurangan dolar.

Namun jika paket stimulus jadi diterapkan, maka pasar akan kebanjiran dolar dan nilai tukar mata uang itu turun serta akan memicu rupiah kembali menguat, katanya.

Menurut dia, pelaku pasar saat ini melepas rupiah sambil menunggu hasil laporan dari The Fed yang akan diumumkan pada Rabu sore.

"Kami memperkirakan The Fed akan memanfaatkan kembali program paket stimulus itu, " ujarnya.

Aksi lepas rupiah itu, lanjut dia, juga dipicu oleh dua orang otioriitas moneter Jerman yang menolak memberikan dana talangan terhadap krisis utang Eropa.

Dua otoritas moneter itu khawatir dana talangan yang diberikan akan sulit dikembalikan, katanya.

(H-CS/A027)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011