London (ANTARA) - Myanmar akan mulai menerima mata uang baht Thailand dalam transaksi perdagangan perbatasan, kata Kementerian Informasi dan Investasi Myanmar, Selasa (15/3).

Pemerintah Myanmar yang dikendalikan militer sebelumnya mengatakan akan menerima pula mata uang renminbi China sebagai alat pembayaran resmi.

“Dengan mengurangi ketergantungan pada dolar AS, kami akan memitigasi risiko perubahan nilai tukar yang mendadak karena faktor geopolitik eksternal,” kata kementerian itu dalam keterangannya, seraya menambahkan bahwa langkah itu akan membantu menurunkan inflasi yang disebabkan kenaikan nilai tukar dolar.

Kebijakan itu juga akan membantu mendukung pemulihan ekonomi, kata kementerian.

Bahkan dengan kenaikan harga energi, Myanmar harus mencatatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dalam tahun fiskal yang berakhir pada Oktober 2022, kata kementerian.

Ekonomi Myanmar terpuruk sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih setahun lalu dan melancarkan tindakan keras kepada lawan-lawan politiknya.

Tindakan itu dianggap sebagai perjuangan untuk menegakkan ketertiban di tengah meluasnya kerusuhan sipil dan perlawanan bersenjata dari milisi pro-demokrasi dan pemberontak etnis minoritas.

Tahun lalu, Bank Sentral Myanmar secara singkat mencoba menambatkan mata uang kyat ke kurs referensi terhadap dolar setelah penurunan nilai tukar.

Pernyataan kementerian itu menuduh lawan politik junta berusaha mendorong ketidakpercayaan pada perbankan dan sistem keuangan, dan mengatakan bahwa kyat yang lebih lemah tahun lalu “dipicu oleh sabotase ekonomi”.

Pedagang-pedagang terdaftar di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar mulai bulan ini dapat bertransaksi dengan nilai tukar kyat-baht yang diumumkan setiap hari oleh bank sentral Myanmar, kata pernyataan itu.

Thailand adalah mitra dagang terbesar kedua Myanmar setelah China. Perdagangan sepanjang tahun fiskal 2020-2021 mencapai 5,3 miliar dolar AS (Rp75,8 triliun).

Ekspor utama Myanmar meliputi gas, logam, kacang-kacangan, dan garmen. Impor negara itu sebagian besar berupa mesin, peralatan transportasi, dan barang-barang manufaktur dari Thailand.

Sumber: Reuters

Baca juga: ASEAN diminta hadapi krisis Myanmar seperti EU hadapi krisis Ukraina
Baca juga: Junta Myanmar unjuk kekuatan militer, umumkan amnesti ratusan tawanan
Baca juga: Blinken: Situasi di Myanmar "sangat meresahkan"

Penerjemah: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022