Mogadishu (ANTARA News) - Seorang wanita Inggris, yang diculik di Kenya setelah suaminya dibunuh, ditahan oleh perompak Somalia di wilayah tengah negara Tanduk Afrika itu, kata perompak dan seorang sesepuh di kawasan tersebut, Minggu.
Orang-orang besenjata tak dikenal menyerang Desa Safari Kiwayu yang terpencil pada Minggu dinihari pekan lalu, menembak mati pejabat eksekutif penerbitan David Tebbutt (58) dan menyandera istrinya, Judith (56), sebelum melarikan diri dengan kapal.
"Rekan-rekan saya membawanya. Saya termasuk orang yang menjaga wanita itu... Meski anda bisa melihat kelelahan di wajahnya, ia sehat," kata perompak Mohamed, salah seorang perompak yang menjaga wanita Inggris itu, kepada Reuters.
Seorang sesepuh di Somalia tengah mengkonfirmasi keberadaan warga Inggris itu.
"Konvoi perompak tiba di sini dua jam lalu, mereka membawa wanita Inggris. Kami sangat kecewa, kami tidak ingin daerah kami menjadi tempat penahanan orang-orang tak berdosa yang diculik," kata sesepuh setempat Abdullahi Ali Abukar kepada Reuters, Minggu.
Gerilyawan Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida mengaku tidak mendalangi penculikan itu dan Inggris menyatakan bekerja keras untuk mengupayakan pembebasan wanita tersebut.
PBB memperingatkan, perompak Somalia menjadi semakin berani dan tetap mendahului pasukan angkatan laut internasional yang berusaha mengakhiri pembajakan di kawasan perairan itu.
Pada 2009, perompak Somalia menyerang lebih dari 130 kapal dagang di lepas pantai Somalia, naik lebih dari 200 persen dari tahun 2007, menurut Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011