"DVR akan mendeteksi bila terjadi drop tegangan sehingga tegangan tetap stabil pada sisi beban, DVR mengisi suplai listrik sehingga beban tidak merasakan perubahan dengan kekuatan menahan sampai 90 persen," kata Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi BPPT Dr Arya Rezavidi di sela Workshop "Kualitas Tenaga Listrik pada sektor Industri" di Jakarta, Rabu.
Selain itu BPPT juga mengembangkan software dan hardware untuk sistem infrastruktur tenaga listrik dan energi seperti optimasi sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik, pengaturan beban dan grid-connected Power Plants serta analisis sistem pembangkit fosil maupun pembangkit energi terbarukan dari sisi rekayasa disain integrasi.
Sementara itu Kepala BPPT Dr Marzan Aziz Iskandar mengatakan, seringkali gangguan kualitas listrik menyebabkan lonjakan biaya yang cukup besar bagi industri di Indonesia. "Industri seharusnya mengetahui bahwa biaya untuk mengatasi kerugian itu lebih rendah daripada kerugian finansial akibat gangguan listrik," katanya.
Kerugian di Indonesia, ujarnya, memang belum teridentifikasi, namun beberapa negara lain menyatakan, kerugian akibat gangguan listrik terhadap industri mencapai 10 persen dari biaya produksi. Kerugian biasanya diderita industri elektronika, baja, kertas, gelas, plastik hingga tekstil.
Semakin tinggi target pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin banyak pertumbuhan industri maka semakin tinggi tuntutan kualitas listriknya, sayangnya, lanjut dia, produksi listrik di Indonesia belum bisa menyesuaikan tuntutan kualitas tersebut.
Dalam suatu proses produksi, tidak diperkenankan adanya tegangan turun sedikit saja, karena ketika listrik mati sesaat saja, ia mencontohkan, barang-barang elektronika yang dihasilkan suatu pabrik menjadi barang-barang rejected (yang ditolak), demikian pula produksi barang-barang karet dalam suatu industri karet langsung membeku.
"Industri tersebut seringkali juga harus mengulang proses produksi dengan lebih dulu menyingkirkan barang-barang yang gagal dan membersihkan mesinnya, sehingga biaya produksinya membengkak," katanya.
Penyebab gangguan, urainya, bisa karena gangguan alam seperti petir, angin kencang, pekerjaan galian, gangguan pembangkit, hingga vandalisme. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009