Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyatakan keinginan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerja sama dan memberikan pelatihan antikorupsi kepada organisasi tersebut.

"NU membutuhkan KPK karena ada banyak agenda kerja sama dengan pemerintahan yang eksekusi-nya dilakukan oleh cabang," kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum PBNU Gus Yahya saat menerima kunjungan Ketua KPK Firli Bahuri di Kantor PBNU, Jakarta Pusat.

Adanya sejumlah kerja sama antara organisasi tersebut dengan pemerintah, PBNU memandang pengurus cabang harus mengetahui parameter yang benar supaya pelaksanaan program dilaksanakan dengan bersih, dan tidak tersandung masalah hukum, kata Gus Yahya.

Baca juga: Pengurus MUI minta PBNU perbolehkan KH Miftachul Akhyar pimpin MUI

Baca juga: PBNU: Kader IPPNU merupakan generasi pemimpin masa depan organisasi

Pada kesempatan itu, Gus Yahya menawarkan kerja sama antara PBNU dan KPK tentang kampanye antikorupsi yang lebih luas serta membangun kesepahaman NU dengan lembaga antirasuah tersebut.

"Karena NU berkepentingan, seluruh ekosistem harus betul-betul bersih dari korupsi. Semuanya, lembaga, banom atau entitas apa pun yang terkait dengan NU harus bersih dari korupsi. Sehingga, NU bisa berperan membangun budaya antikorupsi," tutur dia.

Ketua KPK Firli Bahuri dan Ketua Umum PBNU Gus Yahya diketahui telah bersahabat lama. Kedekatan kedua tokoh itu terjalin sejak Firli masih menjadi Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca juga: Anwar Abbas harap PBNU bolehkan Miftachul Akhyar tetap pimpin MUI

Menurut Gus Yahya, kunjungan Ketua KPK Firli Bahuri ke Kantor PBNU tidak bersifat resmi melainkan lebih pada pertemuan dua orang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

"Dalam pertemuan ini, kami melakukan pembicaraan dari hati ke hati tentang berbagai masalah, antara dua sahabat lama, menyangkut semua isu khususnya fenomena korupsi yang terjadi dewasa ini," ujarnya.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022