"Ada potensi peningkatan kasus kalau protokol kesehatan mengendur, orang kan bisa terinfeksi lebih dari dua kali bahkan lebih. Pengawasan harus terus digencarkan,"
Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog Tri Yunis Miko Wahyono meminta pemerintah untuk tetap gencar melakukan pengawasan soal protokol kesehatan sebagai salah satu strategi mengantisipasi potensi kenaikan kasus seiring mulai meningkatnya mobilitas masyarakat.
"Ada potensi peningkatan kasus kalau protokol kesehatan mengendur, orang kan bisa terinfeksi lebih dari dua kali bahkan lebih. Pengawasan harus terus digencarkan," ujar Epidemiolog dari Universitas Indonesia itu ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, pelonggaran mobilitas masyarakat harus tetap diiringi dengan edukasi dan pengawasan protokol kesehatan yang ketat agar kasus yang saat ini yang mulai masuk dalam tren penurunan terus berlanjut.
Ia menambahkan protokol kesehatan belum dapat dilonggarkan karena angka kematian masih terbilang tinggi.
Dengan disiplin protokol kesehatan, lanjut dia, maka dapat mencegah orang terpapar yang dapat menyebabkan kematian, terutama bagi kelompok komorbid dan belum vaksinasi lengkap.
"Kita harus tetap hati-hati karena jumlah kematian di Indonesia masih cukup tinggi, per hari masih di kisaran 200 orang meninggal," tutur Miko, demikian ia biasa disapa.
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 per 14 Maret 2022 tercatat sebanyak 271 orang meninggal akibat COVID-19. Dengan demikian total kematian akibat COVID-19 sejak awal pandemi menjadi sebanyak 152.437 orang.
Di samping itu, ia juga mengatakan, angka positivity rate atau perbandingan antara jumlah kasus positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan di Indonesia juga masih cukup tinggi, masih di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni sebesar 5 persen.
Per tanggal 14 Maret 2022, tingkat positivity rate spesimen harian adalah 10,46 persen dan untuk tingkat positivity rate orang harian adalah 8,04 persen.
Secara terpisah, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pengendalian COVID-19 juga perlu didukung melalui upaya percepatan dan perluasan vaksinasi lengkap dua dosis ditambah booster.
"Ini menjadi benteng pertahanan kita semua dari perawatan bergejala berat dan risiko kematian akibat infeksi COVID-19," ujar Nadia.
Berdasarkan data Kemenkes kemarin (14/3), laju vaksinasi dosis satu telah tercatat sebanyak 193.591.293 (92,95 persen).
Baca juga: Epidemiolog: Mitigasi mudik perlu diterapkan dari sekarang
Baca juga: Epidemiolog: Tingkatkan kemampuan deteksi COVID-19 meski kasus menurun
Baca juga: Epidemiolog: Indonesia belum penuhi kriteria masuk fase endemi
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022