kita akan membuat motif koi dan jrembrakMagetan (ANTARA) - Pemerintah Desa (Pemdes) Sumberdodol, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur memberdayakan kaum wanita dan karang taruna setempat dengan menggelar pelatihan membatik.
Kepala Desa Sumberdodol Karyono mengatakan pelatihan membatik tersebut bertujuan untuk menjadikan sumber ekonomi bagi masyarakat setempat serta diharapkan akan menjadi ikon UMKM di Desa Sumberdodol.
"Selain itu, produksi UMKM batik setempat juga diharapkan menjadi ikon batik khas Desa Sumberdodol sebagai pendukung desa wisata," ujar Karyono di Magetan, Senin.
Menurut dia, motif khas yang akan dikembangkan nantinya adalah corak ikan koi dan tanaman jrembak yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat.
"Kami ingin motif kami berbeda dengan desa lain karena ingin menonjolkan kekhasan desa kami," katanya.
Baca juga: Batik Ciprat karya penyandang disabilitas Magetan laku di pasaran
Baca juga: Putri Wapres Ma'ruf Amin kunjungi pembuatan batik ciprat Blitar
Desi mengatakan pihaknya menggunakan teknik ciprat sebagai salah satu teknik pengenalan membatik yang paling mudah.
"Penggunaan teknik ciprat ini bertujuan agar para peserta bisa lebih mudah memahami proses dan teknik membatiknya. Ke depan kita akan membuat motif koi dan jrembrak sesuai arahan Bapak Kepala Desa Sumberdodol," kata Desi.
Seperti diketahui, tren batik di Magetan sedang "naik daun" saat ini. Hal ini didukung oleh Bupati Magetan Suprawoto bersama jajarannya yang mengeluarkan kebijakan kewajiban ASN di lingkup Pemkab Magetan untuk mengenakan seragam batik khas yang diproduksi oleh perajin setempat setiap hari Rabu, Kamis, dan Jumat.
Melalui kebijakan seragam batik tersebut, keberadaan perajin batik Magetan akan eksis berproduksi. Muaranya adalah memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan perajin serta masyarakat setempat.
Imbas dari kebijakan tersebut, jumlah perajin batik di Magetan meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir setelah Bupati Suprawoto menjabat sejak tahun 2018. Dari sebelumnya hanya 5 perajin batik yang bertahan menjadi 43 perajin batik di awal tahun 2022.
Bupati Magetan menilai, semakin banyak motif batik yang dikembangkan di Magetan semakin variatif untuk saling bersinergi memajukan batik Magetan.
"Galilah potensi yang ada di desa dan kembangkan dengan fokus. Pemerintah pasti akan mendukung. Entah itu dalam bentuk anggaran atau kebijakan," katanya.
Baca juga: Mensos borong batik ciprat karya disabilitas intelektual di Temanggung
Desi mengatakan pihaknya menggunakan teknik ciprat sebagai salah satu teknik pengenalan membatik yang paling mudah.
"Penggunaan teknik ciprat ini bertujuan agar para peserta bisa lebih mudah memahami proses dan teknik membatiknya. Ke depan kita akan membuat motif koi dan jrembrak sesuai arahan Bapak Kepala Desa Sumberdodol," kata Desi.
Seperti diketahui, tren batik di Magetan sedang "naik daun" saat ini. Hal ini didukung oleh Bupati Magetan Suprawoto bersama jajarannya yang mengeluarkan kebijakan kewajiban ASN di lingkup Pemkab Magetan untuk mengenakan seragam batik khas yang diproduksi oleh perajin setempat setiap hari Rabu, Kamis, dan Jumat.
Melalui kebijakan seragam batik tersebut, keberadaan perajin batik Magetan akan eksis berproduksi. Muaranya adalah memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan perajin serta masyarakat setempat.
Imbas dari kebijakan tersebut, jumlah perajin batik di Magetan meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir setelah Bupati Suprawoto menjabat sejak tahun 2018. Dari sebelumnya hanya 5 perajin batik yang bertahan menjadi 43 perajin batik di awal tahun 2022.
Bupati Magetan menilai, semakin banyak motif batik yang dikembangkan di Magetan semakin variatif untuk saling bersinergi memajukan batik Magetan.
"Galilah potensi yang ada di desa dan kembangkan dengan fokus. Pemerintah pasti akan mendukung. Entah itu dalam bentuk anggaran atau kebijakan," katanya.
Baca juga: Mensos borong batik ciprat karya disabilitas intelektual di Temanggung
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022