Medan, 17/9 (ANTARA) - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie mengatakan, Indonesia perlu memperkuat sistem dan aturan untuk menciptakan stabilitas dan keadilan dalam berbangsa dan bernegara.
"Yang menjadi pemimpin harusnya sistem dan aturan," katanya ketika memberikan orasi ilmiah dalam halal bihalal dan Dies Natalis Korps Alumni HMI (KAHMI) Sumut di Medan, Jumat malam.
Jimly mengatakan, pemahaman sebagian bangsa Indonesia selama ini tentang konsep kepemimpinan dinilai belum tepat.
Hal itu disebabkan kepemimpinan lebih ditekankan pada sosok tertentu, bukan pada supremasi sistem dan aturan.
Jimly mengambil dasar pemikiran dari konsep Islam yang menjadikan Al Quran yang berisi sistem dan aturan sebagai pemimpin.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW pada dasarnya bukanlah pemimpin, melainkan sosok yang memberikan contoh dan keteladanan dalam penerapan sistem dan aturan tersebut.
Disebabkan adanya kesesuaian contoh dan keteladanan melalui perilakunya dengan sistem dan aturan yang tercantum dalam Al Quran, akhirnya Nabi Muhammad SAW layak disebut pemimpin.
Pola itu perlu diterapkan di Indonesia dengan menjadikan sistem dan aturan sebagai pemimpin yang mengatur berbagai sendi kehidupan masyarakat.
Dengan adanya sistem dan aturan, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan pejabat atau orang diberikan amanat untuk menduduki jabatan tertentu hanyalah pihak yang memberikan contoh dalam penerapan sistem dan aturan tersebut.
"Seorang pejabat layak disebut kalau sudah tunduk pada sistem dan aturan," katanya.
(I023)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011