"Kami sudah menjelajah pulau dan sebagainya untuk mendapatkan koleksi museum. Kami juga mengumpulkan para pegiat sejarah," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam Ardiwinata di Batam, Senin.
Dari pulau-pulau penyangga, pihaknya menemukan banyak bukti sejarah berkembangnya kota yang berseberangan dengan Singapura. Namun, baru beberapa yang dapat dibawa ke museum, di antaranya meriam dari Pulau Belakangpadang.
Baca juga: Museum Raja Ali Haji Batam ditambah koleksi peninggalan sejarah
Ia berharap, masyarakat yang menyimpan barang peninggalan sejarah untuk mau menyerahkannya kepada pengelola museum.
Ardi menyatakan museum yang berdiri di gedung bekas astaka MTQ Nasional XXV itu merangkum sejarah Batam sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, penjajahan Belanda, masa kepemimpinan Tumenggung Abdul Jamal, penjajahan Jepang, pemerintahan Kabupaten Kepri, Otorita Batam, kepemimpinan BJ Habibie hingga kini.
Menurut dia, benda peninggalan masa lampau itu penting, untuk dijadikan pembelajaran bagi generasi masa kini dalam mengenal sejarah daerah.
"Dari sejarah kita tahu akan ada yang namanya pemajuan, karena sejarah itu perlu pelestarian. Alhamdulillah saat ini museum jadi pusat pembelajaran sejarah Kota Batam dan sudah dikunjungi ribuan wisatawan dan pelajar," kata Ardi.
Dosen Sejarah Universitas Riau Kepulauan Monika Sari mendorong pengelola Museum Batam Raja Ali Haji terus menambah koleksi dan fasilitas, juga meningkatkan kualitas pelayanan bagi pengunjung.
Ia juga berharap pemerintah memasukkan pelajaran sejarah Batam dimasukkan dalam pelajaran di sekolah.
"Budaya lokal masuk menjadi pelajaran di suatu daerah, peran pemerintah penting membuat perda sehingga sejarah masa lalu bisa dimasukkan dalam muatan lokal pendidikan sekolah," kata dia.
Baca juga: Pemkot Batam terus lengkapi Museum Raja Ali Haji
Baca juga: Batam rancang destinasi wisata baru genjot kunjungan wisman
Baca juga: Raja Ali Haji dijadikan nama museum Kota Batam
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022