Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) tercatat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi Rp8.772 dibanding hari sebelumnya Rp8.759.
Analis Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, di Jakarta, mengatakan, kondisi pasar yang belum menentu membuat pelaku pasar cenderung mengurangi aktivitasnya pada pasar uang sehingga rupiah yang diperdagangkan cenderung menguat terbatas.
"Menjelang sore rupiah sempat berfluktuasi, sempat kembali bergerak melemah hinga akhirnya menguat tipis lima poin," kata dia.
Ia menambahkan, secara teknikal mata uang rupiah sudah dapat bergerak menguat terhadap dolar AS setelah mengalami pelemahan selama pekan ini.
"Idealnya rupiah berada di level Rp8.600 hingga Rp8.700. Namun fundamental yang belum kondusif membuat rupiah masih terbatas range harganya," kata dia.
Ia menambahkan, rupiah diprediksi akan kembali menguat dalam jangka waktu menengah sampai jangka panjang dipicu dari dukungan Bank Sentral AS The Federal reserve (The Fed) yang sudah mulai memberi sinyal stimulus Quantitatif Easing (QE).
"Ini terindikasi dari program pembelian obligasi pemerintah setiap bulan sebesar 30 miliar dolar AS yang akan dimulai pekan depan sehinga akan menyebabkan supply dolar AS meningkat di pasar uang global dan rupiah diprediksi kembali rebound," ujar dia.
Namun, lanjut dia, harus diperhatikan juga kondisi di Eropa yang belum ada kejelasan dalam perbaikan utang seperti di Yunani.
"Bantuan dana bailout untuk negara yang gagal bayar seperti Yunani baru sebatas pembicaraan," katanya.
Reza juga mengatakan, intervensi yang dilakukan BI terhadap rupiah agar tidak terlalu dalam pelemahannya cukup positif.
"Belum adanya sentimen positif baru membuat pelaku pasar kawatir. Diharapkan dengan stabilnya rupiah dapat menenagkan pelaku pasar," katanya.
(T.KR-ZMF/A023)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011