Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pengamat pasar uang di Jakarta berpendapat bahwa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepekan ke depan sulit diprediksi akibat kondisi ekonomi Eropa yang belum stabil.

"Hampir semua perusahaan valuta asing saat ini waspada terhadap nilai mata uang rupiah terhadap dolar yang sampai saat ini belum stabil dengan memasang jarak jual dan beli yang sangat jauh," kata pengamat pasar uang, Winaya Purwanti, di Jakarta, Jumat.

Menurut pengamat dari PT Sari Valuta Asing itu, rupiah sempat menguat pada Senin (12/9) terhadap mata uang yang digunakan di Eropa akibat masalah utang di kawasan tersebut, namun kondisi tersebut justru membuat nilai dolar AS naik terhadap rupiah.

"Selama permasalahan di Eropa belum selesai dan mata uang Euro terus terdepresiasi, fluktuasi rupiah akan sulit diprediksi," ujar Winaya.

Pendapat yang sama dikemukakan Direktur PT Indo Multi Valasindo, Yeny Thuter, yang menilai bahwa perkiraan posisi rupiah terhadap dolar pada beberapa hari mendatang akan sangat sulit dilakukan.

"Selama sepekan terakhir, perubahan posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar dalam satu hari bisa mencapai lebih dari 100 poin," kata Yeny.

Yeny juga berharap, agar Bank Indonesia (BI) segara melakukan intervensi untuk menahan penurunan nilai mata uang Indonesia ini lebih dalam.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI, Hartadi A. Sarwono, mengatakan bahwa pihaknya siap mengintervensi pasar apabila penurunan nilai mata uang rupiah tidak terkendali.

Sampai Jumat sore, rupiah berada pada level Rp8.772 per dolar AS atau melemah tipis dibanding posisi Kamis (15/9) kemarin Rp8.759 per dolar AS. Stabilnya nilai rupiah diperkirakan oleh pengamat pasar uang, David Sumual, karena BI melakukan intervensi.

Dalam satu pekan ini, penurunan paling tajam nilai rupiah terhadap dolar terjadi pada hari Rabu (14/9) ketika mata uang RI ini terkoreksi cukup dalam dari posisi Rp8.622 per dolar AS menjadi Rp8.730 per dolar AS.
(T.SDP-14/D012)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011