Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pengamat pasar uang di Jakarta berpendapat bahwa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepekan ke depan sulit diprediksi karena kondisi ekonomi Eropa yang belum stabil.

"Hampir semua perusahaan valuta asing saat ini waspada terhadap nilai mata uang rupiah terhadap dolar yang sampai saat ini belum stabil dengan memasang jarak jual dan beli yang sangat jauh," kata pengamat pasar uang PT Sari Valuta Asing, Winaya Purwanti, di Jakarta Jumat.

Menurut Winaya, rupiah sempat menguat pada Senin terhadap mata uang yang digunakan di Eropa akibat masalah utang di kawasan tersebut, namun kondisi tersebut justru membuat nilai dolar AS naik terhadap rupiah.

"Selama permasalahan di Eropa belum selesai dan mata uang Euro terus terdepresiasi, fluktuasi rupiah akan sulit diprediksi," tegas Winaya.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Direktur PT Indo Multi Valasindo, Yeny Thuter, yang menilai bahwa perkiraan posisi rupiah terhadap dolar pada beberapa hari mendatang akan sangat sulit dilakukan.

"Selama sepekan terakhir, perubahan posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar dalam satu hari bisa mencapai lebih dari 100 poin," kata Yeny.

Yeny juga berharap agar Bank Indonesia (BI) segara melakukan intervensi untuk menahan penurunan nilai mata uang Indonesia ini lebih dalam.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI, Hartadi A. Sarwono, mengatakan bahwa BI siap mengintervensi pasar apabila pelemahan rupiah tidak terkendali.

Hari ini, transaksi rupiah dibuka pada level 8.670 per dolar AS atau sama seperti penutupan transaksi Kamis. Stabilnya nilai rupiah diperkirakan oleh pengamat pasar uang, David Sumual, karena BI melakukan intervensi.

Dalam satu pekan ini, penurunan paling tajam nilai rupiah terhadap dolar terjadi pada hari Rabu di mana mata uang negara Indonesia ini terkoreksi 120 poin terhadap dolar AS menjadi 8.730.

(SDP-14)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011