New York (ANTARA News) - Presiden AS, George W. Bush akhirnya ikut angkat bicara seputar masalah pemuatan kartun Nabi Muhammad oleh koran Denmark yang kemudian menyulut kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Ia meminta semua negara menghentikan aksi kekerasan dalam unjukrasa, yang kini telah menimbulkan korban jiwa, serta melindungi para diplomat yang tengah bertugas di luar negeri. "Kami menolak kekerasan sebagai cara untuk menuangkan ketidaksenangan atas apa yang terbit pada pers yang bebas," kata Bush, seusai pertemuan dengan Raja Abdullah dari Jordania di Washington DC, Rabu. Dalam taklimat bersama yang juga disiarkan stasiun-stasiun TV AS, Bush mengatakan masalah kartun Nabi juga dibicarakan pada pertemuan dengan Raja Jordania. "Saya ingin menegaskan kepada masyarakat dunia bahwa kami adalah bangsa yang meyakini tolerasi dan saling pengertian. "Di Amerika, kami menerima orang dari berbagai kepercayaan," katanya. Ia menambahkan bahwa AS juga mengakui kebebasan pers. "Kami memandang bahwa dengan kebebasan, datang rasa tanggung jawab. Dengan kebebasan, datang tanggung jawab untuk tenggang rasa dengan yang lain," ujarnya. Sebelumnya, pernyataan resmi Amerika Serikat seputar kartun kontroversial tersebut telah disampaikan melalui jurubicara Deplu dan juga Gedung Putih. Di antaranya AS mengakui bahwa kartun tersebut memang menyakitkan, namun mereka tetap melindungi kebebasan dalam menyampaikan pendapat. Sementara itu, Raja Abdullah mengatakan bahwa dengan tetap menghormati kebebasan pers, tidak dapat disangkal bahwa sesuatu yang bersifat memfitnah Nabi Muhammad, atau menyerang perasaan umat Muslim, patut dikecam. Namun, protes seharusnya tetap dilakukan dengan bijaksana, penyampaian yang jernih dan secara damai. "Kami melihat protes, kekerasan, penghancuran, apalagi berakhir dengan tewasnya orang tidak berdosa, itu sangat tidak bisa diterima. Ia menambahkan bahwa Islam, sepeti juga Kristen dan Yahudi, adalah agama yang damai, toleran dan moderat. Kartun kontroversial tersebut pertama dimuat oleh surat kabar Denmark, Jyllands-Posten yang kemudian dimuat ulang oleh sejumlah surat kabar di Eropa. Aksi unjuk rasa di berbagai negara meningkat dan terjadi pembakaran kantor kedubes Denmark di Suriah dan Lebanon. Di Afghanistan, total 12 orang pengunjuk rasa tewas diterjang peluru polisi setempat, ketika mereka mencoba mendekati pangkalan militer AS. (*)
Copyright © ANTARA 2006