AsiaNet 46335
TOKYO, 15 September (ANTARA/Kyodo JBN-AsiaNet) --
Sebuah survei yang dilakukan oleh anggota divisi mahasiswa Soka Gakkai di wilayah Tohoku, utara Jepang menunjukkan perubahan signifikan dalam sikap orang-orang muda sejak "bencana tiga kali" pada tanggal 11 Maret 2011, yakni gempa bumi, tsunami dan kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir.
Dalam survei atas lebih dari 500 mahasiswa di 47 universitas dan sekolah kejuruan di Miyagi, Fukushima dan Iwate (ketiga prefektur yang langsung terkena dampak bencana tersebut), serta Aomori, Akita dan Yamagata, para responden menyatakan bahwa pandangan mereka mengenai tujuan kerja, tenaga nuklir, dan pentingnya membantu orang lain telah berubah.
Ketika mencari pekerjaan, tujuan utama para mahasiswa sebelumnya adalah mendapatkan penghasilan (23,2%). Sekarang tujuannya dilaporkan "membantu orang lain" (18,8%) dan "mencapai kehidupan yang stabil" (17,7%). Banyak mahasiswa juga menunjukkan bahwa motivasi mereka sekarang adalah demi masyarakat (16,8%).
Ketika ditanya mengenai isu-isu apa yang telah mengubah pandangan mereka, 19,9% responden menyatakan bahwa pandangan mereka mengenai tenaga nuklir telah berubah (angka ini lebih tinggi, sebesar 23%, di antara mahasiswa dari daerah bencana), 18,1% menunjukkan pergeseran dalam perspektif mereka tentang pentingnya membantu orang lain dan 17,7% perubahan dalam penghargaan mereka atas dasar-dasar kehidupan sehari-hari seperti tempat tinggal, makanan dan pakaian.
Ketika ditanya apakah mereka mengidentifikasi setiap hasil yang positif dari bencana 11 Maret, 45% menyebutkan penguatan hubungan antara orang-orang. Dalam hal pelajaran yang telah mereka dapat, 34,2% menekankan perlunya kesiapan terhadap bencana dan 21,1% menyoroti pentingnya merawat orang lain.
Untuk pertanyaan tentang karakteristik masyarakat ideal mereka, 38,2% mengidentifikasi masyarakat di mana orang dapat percaya dan saling mengandalkan.
Hironobu Nakamura, pemimpin divisi mahasiswa Tohoku Soka Gakkai, berkomentar, "Banyak anggota mahasiswa kami telah membantu dengan upaya pertolongan. Melalui survei ini, mereka ingin mendengarkan dan menyiarkan suara rekan-rekan mereka. Sebelum bencana itu, banyak orang mengomentari kurangnya hubungan manusia dalam masyarakat Jepang. Hasil-hasil ini jelas menunjukkan betapa orang menghargai hubungan ini sekarang."
Ketika ditanya apakah pemerintah telah memenuhi kebutuhan masyarakat setelah bencana itu, 94% menjawab tidak. Dari jumlah tersebut, 42% menekankan bahwa pemerintah telah bertindak lambat. Ditanya tentang tanggapan pribadi mereka terhadap bencana itu, 41,2% melaporkan bahwa mereka telah terlibat dalam upaya relawan, dan 27% telah memberikan sumbangan.
Profesor Toshiaki Muramoto dari Sekolah Tinggi Pascasarjana Ilmu Informasi Tohoku University, yang membantu merancang dan mengawasi survei ini, berkomentar, "Ini merupakan survei penting, dan jarang karena para mahasiswa memprakarsainya sendiri. Melalui bencana ini, orang telah mengetahui pentingnya percaya dan saling mengandalkan. Saya merasa ini sangat penting bagi masa depan masyarakat Jepang."
Survei ini dilakukan antara tanggal 1 Juli dan 21 Agustus. Seluruhnya, 700 siswa didekati, dan 511 menyelesaikan survei tersebut (73%).
Soka Gakkai adalah perhimpunan Umat Buddha di tingkat akar rumput dengan lebih dari 8 juta rumah tangga anggota di Jepang. Kelompok lokal Soka Gakkai di wilayah Tohoku melakukan bantuan kemanusiaan dan inisiatif dukungan masyarakat luas setelah bencana 11 Maret. Untuk rincian aktivitas bantuan organisasi tersebut, silakan lihat:
http://www.sgi.org/assets/pdf/Japan-Earthquake-Relief-Report.pdf. Aktivisme sosial Soka Gakkai dan organisasi SGI afiliasinya di seluruh dunia merupakan bagian dari tradisi humanisme Umat Buddha sejak lama.
Sumber: Soka Gakkai International
Hubungi:
Joan Anderson
Kantor Informasi Publik
Soka Gakkai International
Tel: +81-80-5957-4711
Fax: +81-3-5360-9885
E-mail: janderson [at] sgi.gr.jp
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011