Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan negara-negara kekuatan tengah (middle power) lainnya dapat menggalang kekuatan untuk meredakan konflik yang ada di kawasan Asia Timur sekaligus mampu mendukung terwujudnya Komunitas Keamanan ASEAN.
"Seandianya terjadi konflik antara negara-negara besar, memang tidak mungkin negara kekuatan tengah mendamaikan negara yang sedang bersitegang. Negara kekuatan tengah seperti Indonesia, Kanada, Australia atau melalui forum-forum ASEAN dapat menciptakan forum-forum di mana mereka akan mempunyai kekuatan yang lebih dan mengajak negara yang besitegang untuk bergabung dalam forum tersebut," kata pakar ilmu politik internasional Dewi Fortuna Anwar di Jakarta, Kamis.
Melalui East Asian Summit dan ASEAN Regional Forum, negara-negara kekuatan tengah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dalam memecahkan masalah, kata Dewi dalam diskusi yang membahas posisi Indonesia dalam kancah keamanan politik dan Ekonomi di Asia Timur di Jakarta.
"Negara-negara yang semakin terintegrasi satu dengan yang lain secara aspek ekonomi tidak akan saling berperang. Jika mereka memerangi negara tetangga maka mereka juga merugikan diri mereka sendiri," kata Dewi yang juga menjadi staf ahli bidang politik Wakil Presiden RI.
Dalam menciptakan Komunitas Keamanan ASEAN seharusnya tidak ada konflik antar negara dan tidak ada konflik di dalam negara.
"Untuk memastikan tidak ada konflik antar negara, semua masalah klaim yang tumpang tindih dan isu-isu perbatasan dan batas wilayah kontinen harus diselesaikan secara damai. Jika tidak segera diselesaikan, hal tersebut bisa menjadi bom waktu," kata Dewi.
Sebagai contohnya, yang sering terjadi, adalah pelanggaran batas wilayah laut yang dilakukan oleh nelayan-nelayan yang dapat menimbulkan konflik antar negara.
Menurut Dewi, harus ada sistem politik yang bisa mengelola konflik tersebut secara damai.
"Sistem politik itu adalah demokrasi. Sebab jika tanpa demokrasi, ada kecenderungan bila sebuah negara terancam maka negara itu akan mengerahkan segala kekuatan kekerasan untuk mematikan perlawanan," kata Dewi.
Dengan sistem demokrasi, konflik yang terjadi dapat dilembagakan melalui partai, pemilihan umum, parlemen dan sebagainya, kata Dewi.
"Oleh sebab itu masih banyak tantangan untuk ASEAN. Jika ASEAN gagal mencapai itu (mengatasi konflik) maka sulit sekali bagi Komunitas Keamanan ASEAN untuk menjadi kenyataan," kata Dewi.
Dalam diskusi yang sama, guru besar Ekonomi dari Sekolah Ekonomi dan Ilmu Pemerintahan Crawford, Australian National University, Peter Drysdale mengatakan bahwa kawasan Asia diproyeksikan akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia bukan pada 2050 melainkan 2020.
Hal tersebut disebabkan antara lain dengan bangkitnya kekuatan ekonomi yang bermula dari Jepang, China hingga India di kawasan Asia Selatan sehingga Indonesia akan mempunyai tempat dan peran baru dalam kekuatan ekonomi, khususnya di kawasan Asia Timur, kata Drysdale.
(T.SPD-04/ANT)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011