Kelima produsen antigen mandiri yang mendapatkan sertifikat tersebut adalah Beijing Huaketai Biotechnology, Nanjing Vazyme Biotech, Guangzhou Wondfo Biotech, Beijing Jinwofu Bioengineering Technology, dan Shenzhen Huada Yinyuan Pharmaceutical Technology, menurut laman resmi Badan Produk Medis Nasional China (NMPA) pada Sabtu (12/3).
Menurut pakar penyakit infeksi terkemuka asal Shanghai, Zhang Wenhong, meskipun tes PCR lebih akurat, tes antigen masih diperlukan.
"Antigen itu seperti 'pakaian' yang dikenakan virus, sedangkan asam nukleat (PCR) adalah gen virus," kata Zhang saat diwawancarai media penyiaran resmi setempat.
Menurut dia, tes PCR mampu mendeteksi jumlah terkecil dari virus namun membutuhkan proses di laboratorium sehingga perlu waktu lebih lama dibandingkan dengan tes antigen.
"Pada tahap awal infeksi, jumlah virus mungkin sangat sedikit. Tes PCR dapat mendeteksinya, sedangkan antigen tidak," ujarnya.
Namun, Zhang mengemukakan bahwa alat tes antigen masih sangat berarti karena pasien potensial dapat dengan mudah mendeteksi secara mandiri dengan cepat.
Tes PCR secara massal bakal makin meluas, mengingat COVID-19 di China makin menyebar di berbagai kota. Peningkatan kasus harian di China mencapai tingkat tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Zhang berpendapat metode tes cepat akan membantu otoritas setempat dalam mendeteksi kasus COVID-19 tepat waktu, apalagi China berencana memperlonggar pembatasan perjalanan.
Baca juga: China catat 1.500 lebih kasus lokal COVID, tertinggi selama pandemi
Baca juga: Jilin China diserang Omicron, wali kota dipecat
Baca juga: Shanghai perketat langkah antiepidemi di tengah lonjakan COVID-19
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022