Jakarta 14/9 (ANTARA) - Setelah Sulawesi Selatan pada awal Juli lalu mulai memasok kebutuhan ikan DKI Jakarta, kembali Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Propinsi Kalimantan Selatan, dan Maluku untuk melakukan penetrasi pasar ikan ke ibu kota negara ini. Kebutuhan ikan DKI Jakarta sendiri adalah sebesar 249 ribu ton per tahun, dimana 121 ribu ton baru dapat dipenuhi dan sekitar 70 ribu ton per tahun dipenuhi dari impor. "Supplay ikan dari wilayah yang memiliki produksi ikan berlebih ke wilayah kekurangan ikan merupakan peluang untuk mengurangi impor ikan dan mendorong terciptanya kemandirian pangan", disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad saat menyaksikan serah terima secara simbolis ikan dari Maluku dan Kalsel untuk DKI Jakarta hari ini (14/9) di Muara Baru, Jakarta.
Dalam kesempatan kali ini, tidak kurang sekitar 10 ton ikan laut dan 1 ton ikan hasil budidaya diserahan terimakan. Keterlibatan para pemangku kepentingan dari berbagai daerah dalam acara ini mencerminkan pemerintah hadir dengan komitmen kuat dan konektivitas antar wilayah dalam menjaga ketersediaan, keterjangkauan dan kemandirian pangan berbasis hasil perikanan bagi masyarakat. Negara yang kuat ditandai dengan kemandirian, ketahanan serta kedaulatan terhadap sumber pangan guna memenuhi kebutuhan rakyatnya, tegas Fadel.
Lebih lanjut Fadel menyebut bahwa krisis pangan ditandai dengan kelangkaan stok, naiknya harga pangan serta hambatan perdagangan antar negara harus menjadi pemacu Indonesia dalam menciptakan kemandirian pangan di era globalisasi. Pengiriman bahan pangan yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Propinsi Maluku, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan langsung diterima pengusaha setempat untuk langsung didistribusikan ke pasar DKI Jakarta. "Kegiatan ini merupakan awalan dan harus diapresiasi serta terus ditingkatkan sehingga volume impor bahan pangan dapat ditekan dan lebih mendorong meningkatnya pengiriman bahan pangan antar propinsi, terutama ikan sehingga tercipta kemandirian pangan di Indonesia", ucapnya.
Kalimantan Selatan merupakan penghasil ikan budidaya (khususnya Patin) yang cukup besar di antaranya Kabupaten Banjar yang mampu menghasilkan 12 ribu ton patin per tahun. Sementara itu wilayah Maluku telah lama terkenal sebagai pemasok ikan laut, seperti tuna, tongkol dan cakalang hingga mempunyai julukan Lumbung Ikan Nasional. Provinsi Maluku setidaknya menghasilkan ikan tangkapan sebesar 1,6 juta per tahun dari tiga wilayah penangkapan yang sangat potensial dimanfaatkan.
Dalam kaitan itu, penguatan dan pengembangan produksi, konsumsi, serta pengelolaan sistem distribusi ikan yang dilakukan secara efektif dan efisien melalui progam dan kegiatan di KKP menjadi faktor kunci keberhasilan. Program-program peningkatan kesejahteraan nelayan/pembudidaya, seperti pengembangan kawasan MINAPOLITAN, fasilitasi alat penangkapan ikan berbagai insentif pengembangan usaha perikanan kiranya dapat dimanfaatkan para pelaku usaha. Hal ini khususnya untuk menjawab tantangan industri pengolahan ikan yang utilitas rata-ratanya masih di angka 60-70% di tengah potensi perikanan yang melimpah.
Tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia terus menunjukkan peningkatan, dimana tahun 2008 tercatat 28 kg/kapita/tahun, tahun 2009 meningkat menjadi 29,08 kg/kapita/tahun sedangan tahun 2010 kembali meningkat menjadi 30.47 kg/kapita/tahun. Meningkatnya konsumsi ikan dari tahun ke tahun menjadi salah satu indikator bahwa kebutuhan masyarakat terhadap kesediaan ikan terus mengalami peningkatan. Dengan kata lain dibutuhkan pasokan yang kuat dan kontinyu kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi KKP untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015. Meningkatkan konsumsi ikan nasional berperan penting dalam penyediaan sumber protein hewani.
Secara tidak langsung program ini juga dapat meningkatkan ketahanan pangan dan kemandirian pangan sehingga dapat menghindari ketergantungan pada pihak asing. Ketersediaan omega 3, 6, dan 9 pada ikan memberikan beberapa manfaat seperti: tumbuh kembang bayi lebih cepat, anak balita lebih aktif dan cerdas, serta terhindar dari beberapa penyakit. Ikan juga membutuhkan hanya sedikit energi untuk memasaknya, berbeda dengan daging yang membutuhkan lebih banyak energi. Segmen ikan juga beragam, artinya ikan dapat memenuhi berbagai kelompok masyarakat.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Dr.Yulistyo Mudho, M.Sc, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0811836967)
Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011