Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke level Rp8.700 masih dipicu dari krisis utang kawasan Eropa yang terus berlanjut.
Nilai tukar mata uang rupiah yang diperdagangkan antarbank di Jakarta, Rabu sore, terkoreksi senilai 75 poin menjadi Rp8.705 per dolar AS dibanding hari sebelumnya Rp8.630.
Pengamat pasar uang Monex Investindo Futures, Johanes Ginting, mengatakan bahwa seiring dengan belum kondusifnya krisis dikawasan global serta data AS yang masih negatif memicu arus modal keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia sehingga mata uang dalam negeri tertekan.
"Sejak awal Agustus lalu, kepemilikan asing terus menurun di pasar Indonesia," kata Johanes Ginting.
Ia menambahkan, melemahnya rupiah akibat hindar risiko karena kekhawatiran mengenai krisis utang Eropa dan kondisi ekonomi AS.
Ia mengatakan, ekspektasi bahwa pelaku pasar asing masih akan melepas saham pada pasar ekuiti lokal menjadi faktor negatif rupiah.
Meski demikian, kata dia, rupiah yang berada pada posisi Rp8.700 saat ini masih dalam kondisi yang stabil seiring dengan fundamental ekonomi Indonesia yang masih positif.
Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menambahkan bahwa pengaruh rupiah masih mengikuti sentimen eksternal dibandingkan kondisi didalam negeri.
"Isu Yunani gagal bayar masih teruc mencuat dan semakin berkembang mengkawatirkan menyusul kemungkinan pemotongan peringkat tiga bank besar di Perancis oleh Moody's akibat kepemilikan obligasi Yunani yang cukup besar dalam porsi asetnya," kata Lana Soelistianingsih.
Ia menambahkan, hal yang sama dengan kondisi di AS ketika Presiden AS, Barack Obama, mengajukan usulan penciptaan lapangan kerja senilai 447 miliar dolar AS ditanggapi oleh pelaku pasar sebagai wujud dari memburuknya ekonomi AS.
Sementara, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (14/9) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah harganya menjadi Rp8.730 dibanding pada harga hari sebelumnya Rp8.622.
(T.KR-ZMF/A011)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011