Angka tersebut naik secara signifikan dibandingkan sebelum pandemi, menurut laporan surat kebar itu pada Selasa (8/3).
"Anak-anak di setiap kelompok demografis telah terdampak, tetapi anak-anak kulit hitam dan Hispanik, serta mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah, penyandang disabilitas, dan yang tidak fasih berbahasa Inggris paling jauh tertinggal," surat kabar itu memaparkan dalam laporannya.
Di Virginia, keterampilan membaca pada usia dini berada pada titik terendah dalam 20 tahun terakhir pada musim gugur ini.
Di wilayah Boston, 60 persen siswa di beberapa sekolah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi telah teridentifikasi sangat berisiko mengalami masalah membaca. Angka itu dua kali lipat dari jumlah sebelum pandemi, menurut laporan tersebut.
"Krisis literasi tersebut tidak dimulai seiring pandemi. Pada 2019, hasil ujian nasional dan internasional menunjukkan performa membaca warga Amerika tercatat stagnan atau menurun, dan kesenjangan antara performa membaca tinggi dengan rendah semakin lebar," menurut artikel itu, yang bertajuk "'Mengkhawatirkan': Anak-Anak Sangat Tertinggal dalam Membaca".
Penyebabnya beragam, tetapi banyak ahli menunjuk pada kurangnya tenaga pendidik yang terlatih dalam pemahaman fonik dan fonemik, yakni keterampilan dasar untuk mengaitkan suara bahasa Inggris lisan dengan huruf yang muncul di halaman.
"Pandemi telah memperburuk masalah itu," artikel tersebut menambahkan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022