Mengutip dari siaran persnya, Jumat, makna album ini berfungsi sebagai catatan yang secara garis besar berkaitan dengan irisan hidup para personel ketika menginjak fase usia paruh baya bersama segala macam dinamika dan problematikanya.
Ide album ini bermula pada Februari 2020 sewaktu Adam Adenan tengah menempuh studi di Inggris dan proses kreatif terjadi lewat pengiriman demo mentah via surel. Tak lama berselang pandemi COVID-19 melanda. Surutnya aktivitas membuat energi mencipta karya tidak terbendung, alhasil total 18 lagu berhasil tertulis selama masa itu.
Baca juga: SF9 siap "comeback" 22 November mendatang
Dalam album ini, Trio Perunggu menggamit Giovanni Rahmadeva, penabuh dram unit indie rock Polka Wars yang telah ‘menemani’ Perunggu sejak pengerjaan EP Pendar (2020) sebagai produser album ini.
Beberapa musisi tamu juga dihadirkan di album ini. Para musisi itu diantaranya seperti Dennis Ferdinand diajak sebagai co-producer, Bima Errawan yang membuat kedalaman Memorandum. Ada juga hara, penyanyi perempuan yang syahdu bersenandung untuk lagu Prematur.
“Musik adalah hal yang sama sekali tidak mungkin kami tinggalkan. Ini album yang dikerjakan dengan serius. Meskipun waktu dan biaya yang dikeluarkan cukup besar, lucunya kami tidak merasa rugi. Karena kami cinta mati sama musik, dan mengerjakan album ini membuat kami senang menjalani segala macam pengorbanannya,” pungkas Maul Ibrahim.
Baca juga: Fergunaw rilis album kedua "Forever in Love"
Baca juga: "New Forever", album baru Danto di tengah pandemi
Baca juga: Heave hadirkan EP perdana bertajuk "How Big is Your Worry"
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022