Jakarta (ANTARA News) - Ketua Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol I Made Mangku Pastika, mengatakan saat ini terdapat modus baru penyelundupan narkotika ke Indonesia, yakni melalui laut. "Selain itu, gudang-gudang kosong yang sepertinya tidak digunakan juga diindikasikan rawan digunakan sebagai tempat pembuatan narkoba," katanya di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu, usai bersama pengurus Yayasan Garuda Wisnu Kencana bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pastika mengatakan saat ini ada modus baru penyelundupan narkoba, yakni lewat laut, seperti yang terjadi di Pantai Mutiara (Jakarta Utara) beberapa waktu lalu yang dikirim dari China dan dijemput dari laut. "Karena itu, perlu kewaspadaan bagi pengawas pantai. Indonesia sekarang ini telah menjadi produsen dan konsumen narkoba," katanya. Pastika mengemukakan pantai Indonesia sangat luas dan juga terbuka, sehingga rawan sekali akan aksi penyelundupan. BNN juga meminta kepada seluruh Kapolda untuk melakukan pengecekan terhadap gudang-gudang dan pabrik-pabrik yang sepertinya tidak digunakan. "Hasilnya sudah dilihat saat penemuan pabrik narkoba di Tangerang," katanya. Pada kesempatan itu Pastika juga memperkirakan belanja narkoba di Indonesia pada tahun ini bisa meningkat di banding tahun sebelumnya. Dikatakannya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UI dan BNN pada tahun 2004, belanja untuk pembelian narkoba sebanyak Rp12 triliun dalam setahun. "Ini besar sekali dampaknya bagi ekonomi dari penyalahgunaan narkoba." "Saya memperkirakan belanja untuk konsumsi narkoba pada tahun 2005 hingga sekarang akan naik. Karena, ada perkiraan jumlah pengguna juga naik," katanya. Ia mengatakan berdasarkan hasil penelitian Kantor PBB mengenai kriminal dan obat terlarang pada tahun 2004, satu persen dari jumlah penduduk telah menjadi pecandu narkoba. Namun BNN memperkirakan jumlah pecandu narkoba sebanyak 1,5 persen dari penduduk Indonesia atau 3,2 juta. "Mereka tersebar dari seluruh kalangan, baik anak-anak hingga dewasa, juga dari kelas bawah hingga atas," katanya. Menurut Pastika, tidak ada satupun kabupaten di Indonesia yang bebas narkoba. Mengenai pelaku narkoba yang telah divonis mati, Pastika mengatakan, sudah tiga orang dieksekusi mati. "Tinggal 35 yang belum," katanya. Ia mengatakan proses hukum terhadap mereka harus dipercepat karena persoalan narkoba merupakan persoalan yang cukup besar di Indonesia selain terorisme dan korupsi. (*)

Copyright © ANTARA 2006