"Ada percepatan yang dilakukan PTKIN, ini patut disyukuri dan kami dorong agar terus meningkatkan akreditasinya," kata Tatang, dalam siaran persnya di Surabaya, Kamis.
Tatang yang sebelumnya mengikuti Rapat Kerja (Raker) Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) di Surabaya, mencatat, kampus PTKIN yang memiliki produktifitas percepatan dalam riset di antaranya UIN Jakarta, UIN Bandung, UIN Riau, UIN Yogyakarta, UIN Malang dan UIN Makassar.
"Saya harap, secara bertahap UIN atau IAIN yang lain juga menunjukkan hal yang sama, termasuk keunikannya dan diferensiasi yang menonjol," katanya.
Baca juga: Diktis : Minat lulusan MA masuk PTKIN minim
Baca juga: Menag minta ekosistem pendidikan terbebas dari ideologi melawan negara
Tatang juga memuji kualitas lulusan PTKIN yang kini tidak kalah dari perguruan tinggi umum, meski belum sepenuhnya ideal. Bahkan, pendapatan yang dicapai terkadang masih menempati posisi rendah dibandingkan bidang ilmu sains.
"Evaluasi internal PTKIN harus dilakukan, hal ini untuk mengukur tingkat keterserapan dan kesejahteraan lulusan, kemudian didorong lulusannya tidak hanya terbatas pada dunia kerja keislamanan saja, tapi harus adaptif pada kebutuhan industri 4,0 dan era digital," katanya.
Tatang berharap, Kementerian Agama sebagai payung PTKIN dapat melakukan berbagai upaya strategi untuk mengembangkan perguruan tinggi keagamaan, karena telah memiliki struktur anggaran sebesar Rp66,45 triliun serta belanja operasional mencapai Rp34,16 triliun.
"Hal terpenting yang harus dilakukan yakni tata kelola dan penjaminan mutu, karena sangat penting untuk dihubungkan dengan pemangku kepentingan eksternal," tuturnya.
Tatang juga mendorong PTKIN melakukan koordinasi bersama untuk fokus mengembangkan risetnya, seperti riset keagamaan yang selama ini dilakukan.
"Kemudian mampu mengidentifikasi potensi-potensi kontribusi riset ini untuk bidang keilmuan umum dan terapan," katanya.*
Baca juga: Pengisian PDSS SPAN UM Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sudah dibuka
Baca juga: Kemenag minta humas PTKIN aktif publikasikan hasil penelitian
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022