Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan bila kebiasaan buruk yang menjadi gaya hidup para remaja putra di saat ini dapat mempengaruhi kualitas sperma di masa depan.
“Sperma yang dikeluarkan untuk berhubungan seks, dibuat 75 hari sebelumnya. Jadi, kalau mau menikah dari tiga bulan sebelumnya sudah harus dipersiapkan,” kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN, Eni Gustina dalam webinar Kesehatan Reproduksi di Era Milenial yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kiat jaga kualitas sperma untuk pasangan yang ingin punya momongan
Eni menjelaskan sel-sel sperma diproduksi oleh skrotum atau organ reproduksi milik seorang remaja putra. Skrotum membutuhkan temperatur suhu yang baik atau di bawah 20 derajat Celcius agar suasana di sekitar skrotum menjadi dingin.
Pada remaja putra, khususnya generasi milenial yang dekat dengan berbagai teknologi saat ini, diperlukan sebuah perhatian yang lebih tajam agar kualitas sperma bisa dapat terjaga. Ponsel pintar yang selalu menyala dan disimpan di dalam kantung celana, menimbulkan kemungkinan area di sekitar skrotum menjadi panas.
Kebiasaan menggunakan celana ketat seperti bahan jeans dan merokok juga menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan kualitas sperma yang diproduksi, termasuk bekerja di sebuah lingkungan dengan suhu yang panas seperti pabrik.
Menurut Eni, saat melakukan hubungan seksual (seks), jumlah sperma yang dihasilkan laki-laki bisa mencapai 6 juta sel. Apabila hanya setengah dari 6 juta sel sperma tersebut yang hidup, kesehatan reproduksi laki-laki itu dapat dikatakan tidak sehat.
“Perkembangan spermanya tidak optimal, ketika kita berhubungan seksual bisa sekitar 6 juta sperma. Kalau yang hidup hanya setengahnya, berarti ini tidak sehat, merokok juga berpengaruh pada sperma,” ujar Eni.
Baca juga: Pola makan buruk turunkan jumlah sperma
Baca juga: Kualitas sperma menurun di usia 40 tahun
Eni menyarankan bila seorang laki-laki ingin melangsungkan pernikahan, lebih baik untuk meniatkan diri mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut, setidaknya tiga bulan sebelum menikah agar kualitas sperma menjadi lebih baik dan kesehatan reproduksi menjadi lebih sehat.
Hal itu dikarenakan masa remaja merupakan masa peralihan bagi seorang anak menuju dewasa, dimana terjadi perkembangan biologis, kognitif juga sosial emosional. Sehingga, perlu disiapkan agar terhindar dari berbagai penyimpangan dalam kembang tumbuh anak dan teraihnya bonus demografi di masa depan.
“Jadi, mohon bagi laki-laki kurangi merokok dan kalau yang suka pakai celana jeans atau kalau kerja di pabrik dan dekat di tempat yang panas, itu juga berpengaruh,” ucap dia.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022