Petani di Indonesia itu berdasarkan data 2018 itu rata-rata umurnya sudah cukup tua, mayoritas umurnya di atas 45 tahunJakarta (ANTARA) - Lembaga penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyebut regenerasi petani masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia agar bisa mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan.
Peneliti CIPS Azizah Fauzi dalam diskusi bertajuk "Orang Muda Indonesia untuk Pertanian Tanah Air" yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis, mengatakan jumlah petani di Indonesia masih didominasi oleh orang tua yang usianya di atas 45 tahun.
Menurut Azizah, masyarakat muda Indonesia belum benar-benar tertarik untuk bekerja di sektor pertanian dan lebih memilih profesi lain. Padahal, menurutnya, Indonesia membutuhkan regenerasi petani agar bisa mencapai ketahanan pangan secara berkelanjutan hingga masa datang.
"Petani di Indonesia itu berdasarkan data 2018 itu rata-rata umurnya sudah cukup tua, mayoritas umurnya di atas 45 tahun. Padahal kita sangat perlu petani dan itu menjadi penting sekali adanya regenerasi petani, salah satunya untuk bisa mencapai ketahanan pangan," kata Azizah.
Azizah mengapresiasi Program Petani Milenial yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dengan memperkenalkan teknologi pertanian kepada orang muda agar kaum milenial mau menjadi petani. Namun sayangnya, kata Azizah, Program Petani Milenial tersebut masih terpusat di wilayah Jawa Barat dan membutuhkan ekspansi yang lebih besar ke daerah lain.
Baca juga: Kementan: Regenerasi petani muda mulai terlihat
Director Research and Development Biops Agrotekno Indonesia Malikul Ikram menyebutkan petani muda dengan usia di bawah 30 tahun baru sekitar 10 persen. Menurut dia, anggapan pertanian yang harus panas-panasan, kotor, berlumpur, dan sebagainya, menjadi penghalang bagi kaum muda yang lebih menyukai bekerja dengan nyaman.
Ikram mencontohkan untuk melakukan irigasi pada suatu lahan dibutuhkan lima jam pengerjaan di lapangan, yang artinya pekerja pertanian harus turun ke lahan dan berpanas-panasan. Dia menyebut pertanian di Indonesia saat ini masih sangat tergantung dengan tenaga manusia dan belum banyak menggunakan teknologi.
Oleh karena itu, kata Ikram, salah satu cara agar semakin banyak anak muda yang mau terjun di sektor pertanian yaitu dengan penggunaan teknologi pertanian. Dia menerangkan salah satu produk dari Biops yang memungkinkan seorang petani melakukan irigasi pada tanaman pertaniannya dengan bantuan teknologi secara otomatis mengairi lahan.
"Itu salah satu yang bisa kami lakukan untuk menarik anak muda untuk mengurangi human dependency di sektor pertanian," kata Ikram. Menurutnya, dengan cara seperti itu anak muda akan menjadi tertarik terjun di sektor pertanian dan menghapus pandangan bahwa bertani harus kotor dan panas-panasan.
Baca juga: Mentan pacu regenerasi petani dengan penerapan "smartfarming"
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022