Tadi malam dengar suaranya kan keras

Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta memastikan 193 orang warga Kalitengah Lor, Cangkringan, Sleman yang mengungsi di Balai Desa Glagaharjo setelah erupsi Gunung Merapi sejak Rabu (9/10) malam telah kembali ke rumah masing-masing.

"Pagi ini sudah kembali ke rumah masing-masing. Yang di (Balai Desa) Glagaharjo sudah tidak ada," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana dihubungi di Yogyakarta, Kamis.

Biwara mengatakan seluruh pengungsi kembali ke kediaman mereka di Kalitengah Lor secara mandiri.

Mereka yang sempat mengungsi terdiri atas 114 orang dewasa, 38 lansia, 40 anak atau balita, dan seorang ibu hamil.

Menurut dia, warga memutuskan mengungsi di Balai Desa Glagaharjo setelah mendengar keras suara gemuruh awan panas guguran Merapi pada Rabu malam. "Tadi malam dengar suaranya kan keras tho," kata Biwara.

Ia mengatakan kondisi saat ini masih aman bagi masyarakat di lereng Merapi untuk kembali kediaman masing-masing.

Baca juga: BPBD Sleman : Jalur penambangan dan wisata lereng Merapi ditutup

Baca juga: BNPB: 253 warga di lereng Merapi mengungsi

Material yang keluar dari Gunung Merapi sejak Rabu malam, menurut dia, masih melalui aliran sungai dan tidak mengarah ke permukiman warga.

"Kondisi sekarang masih aman. Masih bisa kembali," ujar Biwara.

Gunungapi Merapi mengeluarkan awan panas guguran (APG) sejauh 5.000 meter dan mengarah ke arah tenggara pada Rabu (9/3) sejak pukul 23.18 WIB.

Selain itu teramati pula lava pijar sebanyak 7 kali dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter ke arah barat daya.

BPPTKG juga mencatat kejadian hujan abu yang mengguyur sejumlah wilayah meliputi Desa Tlogolele di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali dan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.

Baca juga: 193 warga yang mengungsi untuk menghindari dampak Merapi sudah pulang

Baca juga: Gunung Merapi mengalami 149 kali gempa guguran

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022