Jakarta (ANTARA News) - Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Profesor Adrianus Meliala, mengatakan perkembangan terorisme harus ditekan dengan tidak memberikan ruang terhadap pergerakan para teroris.
"Sebetulnya terorisme itu seperti air, kalau airnya banyak dan memenuhi akuarium maka pergerakan ikannya semakin kuat. Sehingga, kita harus mengeringkan airnya agar ikan-ikannya (teroris, red) "mati". Jangan beri ruang untuk mereka," jelas Adrianus saat dihubungi ANTARA, Sabtu (10/9).
Ia menambahkan, dalam pencegahan penyebaran terorisme di Indonesia harus sinergis dan komprehensif. Namun, menurutnya kedua hal tersebut belum benar-benar diterapkan di Indonesia.
"Untuk pencegahan penyebaran terorisme di Indonesia dibutuhkan usaha yang sinergis dan komprehensif. Kelihatannya saat ini belum diterapkan di Indonesia," kata Adrianus.
Adrianus menjelaskan, harus ada kerjasama yang baik dari segala pihak. Seperti peranan pemerintah, peranan pemuka-pemuka agama, dan dukungan masyarakat. Pencegahan pergerakan terorisme juga bisa dimulai dengan membentuk pemahaman makna jihad yang sebenarnya serta sikap waspada terhadap radikalisme dari keluarga, lembaga pendidikan (sekolah, kampus,pesantren, red), hingga organisasi.
Namun, menurut Adrianus, selalu ada pihak yang tidak suka jika pemerintah memerangi terorisme karena dengan memerangi terorisme, pihak-pihak tersebut menganggap seolah-olah itu merupakan tindakan yang memerangi islam.
"Selalu ada pihak yang tidak suka jika pemerintah memerangi terorisme. Kita perlu waspada, jangan-jangan mereka malah mendukung garis keras dan mendapat keuntungan dari situ. Hal lain yang juga perlu diwaspadai adalah isu jihad yang saat ini bergeser menjadi isu lokal karena dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu," jelas Adrianus.
Sementara itu, salah satu upaya pencegahan meluasnya paham radikalisme dan terorisme, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lazuardi Birru meluncurkan komik berjudul "Ku temukan Makna Jihad" yang menggambarkan kisah nyata mantan Ketua Mantiqi 3 Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abas, Jumat (9/9).
"Ini merupakan upaya preventif dan edukatif terhadap meluasnya paham radikalisme dan terorisme di kalangan generasi muda bangsa," kata manajer program Lazuardi Birru, Praga Adidhatama disela-,sela peluncuran komik tersebut kemarin.
Ketua Umum Asosiasi Korban Bom Terorisme di Indonesia (Askobi), Wahyu Adiartono, mengatakan penerbitan komik ini menjadi salah satu pendekatan efektif kepada kaum muda untuk mengenalkan makna jihad dalam ajaran islam.
"Ini salah satu cara yang bisa masuk di kalangan muda agar mereka lebih mudah memahami kampanye anti teroris ini. Ini kan tidak kaku dan monoton," kata Wahyu.
Menanggapi peluncuran komik tersebut, Adrianus yang kemarin juga menyempatkan hadir menilai, hal tersebut patut diberi apresiasi karena setiap usaha pemberantasan terorisme itu pasti berharga.
"Saya belum mengetahui pasti bagaimana pengaruhnya nnati, tetapi ini upaya yang bagus. Lembaga-lembaga independen yang membantu melawan terorisme patut diberikan penghargaan," katanya.
(T.SDP-06/ ANT)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011