Jakarta (ANTARA News) - Rupiah melemah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Rabu pukul 09:40 WIB, menjadi 9.235/9.240 dari posisi penutupan hari sebelumnya pada 9.190/9.220 per dolar AS. Dirut Bank Himpunan Saudara (HS) 1906 Farid Rahman di Jakarta, Rabu, mengatakan koreksi yang terjadi terhadap rupiah dinilai wajar setelah dua hari lalu mengalami kenaikan yang cukup tajam. Namun penurunan rupiah pertama kali dalam pekan ini harus diwaspadai, karena dikhawatirkan akan terus berlanjut, bahkan bisa memperburuk kondisi rupiah lebih jauh, katanya. Menurut Farid, terlalu dini untuk menilai rupiah akan anjlok lebih jauh, karena masuknya dana investor asing ke pasar saham dan uang masih terus berlanjut. "Ini kemungkinan besar pelaku lokal yang berusaha mencari untung lebih cepat." Meski demikian, pelaku pasar uang harus mewaspadai apalagi pemerintah harus membayar utangnya kepada kreditor pada Maret atau Juni mendatang sebesar Rp30,5 triliun, apakah pasokan dolar sebanyak itu tersedia, katanya. Penurunan rupiah pada sesi ini, kemungkinan besar hanya akibat aksi ambil untung (profit-taking) yang dilakukan sebagian pelaku lokal, namun sentimen investor asing terhadap rupiah masih tinggi, karena mereka masih aktif bermain di pasar. "Kami memperkirakan apabila aksi lepas itu berhenti, apalagi dolar AS di pasar global melemah terhadap yen, maka pada perdagangan sesi sore rupiah akan kembali menguat," katanya. Di pasar global dolar AS turun terhadap yen sebesar 1,3 persen menjadi 118,00 dan euro terhadap dolar turun 0,15 persen menjadi 1,1991. Menguatnya yen di pasar asing itu, terutama disebabkan pertemuan Bank Sentral Jepang (BOJ) yang dilaporkan bahwa BOJ akan mengakhiri kebijakan uang ketatnya, sehingga memicu yen menguat. Selain itu, juga adanya peran pelaku pasar setelah melihat yen yang terus terpuruk, mereka menilai saatnya untuk membeli yen dengan harga yang sudah murah. Rupiah pada penutupan sore nanti diharapkan akan membaik, apabila melihat sentimen positif investor asing masih tetap tinggi dengan melakukan pembelian saham dan portofolio surat utang negara. (*)
Copyright © ANTARA 2006