Brasilia (ANTARA News/AFP) - Hujan lebat yang menimbulkan banjir besar di Brazil selatan dilaporkan menewaskan tiga orang dan lebih dari 63.000 orang terpaksa mengungsi, kata para pejabat, Jumat.
Hujan tiga hari terus menerus menimbulkan dampak serius di negara bagian selatan Santa Catarina, dengan pihak berwenang mengumumkan 32 kota di negara bagian berada dalam keadaan darurat dan dua--Brusque dan Rio do Sul berada dalam malapetaka publik.
Sejumlah kota nyaris seluruhnya terendam ketika air sungai Itajay-Acu meluap.
Badan Pertahanan Sipil mengatakan banjir itu membuat hampir 790.000 orang terlantar di 60 kota, dan memperingtakan risiko tanah longsor setelah hujan lebat.
Pada pukul 2100 GMT Jumat (04:00 WIB Sabtu) para pejabat Pertahanan Sipil negara bagian Catarina mengatakan sedikitnya seorang tewas. Laporan-laporan media lokal mengataan tiga orang tewas.
Keadaan darurat itu membuat sekolah-sekolah ditutup di kota-kota Blumenau, Gaspar, Itajai dan Riodo Sul. Sejumlah sekolah menjadi tempat penampungan para pengungsi.
Tiga tahun lalu 150 orang tewas akibat banjir bandang di Brazil selatan.
Curah hujan yang tinggi itu bertolak belakang dengan kekeringan yang hebat dan kebakaran hutan di daerah-daerah barat bagian tengah negara Amerika Selatan tersebut.
Banyak bagian dari kota Brasilia menderita serangan asap akibat kebakaran hutan yang dipicu temperatur tinggi dan musim kemarau yang lama dan tidak biasa terjadi tanpa hujan-- saat ini tiga bulan di sekitar ibu kota federal itu.
"Kami tidak pernah mengalami tingkat rendah kelembaban (di Brasilia) sejak tahun 1960," kata seorang pejabat Pertahanan Sipil regional kepada AFP.
Pada 24 jam belakangan ini saja "ada 50 kebakaran dan kami mengerahkan 500 petugas pemadam kebakaran," Mayor Mauro Sergio dari pihak pemadam kebakaran Brasilia kepada AFP.
Asap sangat tebal di bagian-bagian ibu kota itu yang menyebabkan beberapa sekolah ditutup lebih awal.
"Saya telah tinggal di Brasilia selama 40 tahun, saya tidak pernah melihat hal seperti ini," kata penduduk setempat, Edson Barroso, kepada AFP.
(Uu.H-RN/H-AK)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011