Batang (ANTARANews ) - Serangan hama wereng coklat yang melanda di sejumlah desa Kabupaten Batang, Jawa Tengah, kini terus meluas ke wilayah tiga kecamatan, yaitu Bandar, Subah, dan Pecalungan.
Koordinator Pengamat Hama Penyakit Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Batang, Susbandoro di Batang, Sabtu, mengatakan meluasnya serangan hama wereng coklat dan hama lainnya ini karena para petani banyak yang tidak melakukan pola tanam secera serempak.
"Pola tanam yang tidak serempak akan mengakibatkan siklus hama wereng coklat sulit dihentikan sehingga banyak tanaman padi akan mudah terserang hama itu," katanya.
Menurut dia jumlah lahan yang sudah terserang hama wereng coklat itu, antara lain di Kecamatan Bandar seluas 70 hektare, Subah 22 hektare, dan Pecalungan seluas 21 hektare.
"Kemungkinan serangan hama wereng coklat akan makin meluas lagi karena para petani masih banyak menanam padi di sekitar tiga kecamatan tersebut," katanya.
Ia mengatakan selain hama wereng coklat, sejumlah desa di Kecamatan Pecalungan juga terancam serangan hama penggerek tanaman.
"Hama penggerek ini, sudah mulai menyerang sedikitnya 45 hektare lahan tanaman padi. Dampak serangan hama penggerek akan mengakibatkan butir padi tidak berisi dan warnanya menjadi putih. Jika hama itu terus dibiarkan maka kami pastikan petani akan mengalami gagal panen," katanya.
Menurut dia untuk mengantisipasi siklus berkembangbiaknya hama wereng coklat dan penggerek, para petani dianjurkan menanam palawija.
"Dengan menanam palawija, para petani akan lebih untung karena selain ancaman hama, mereka juga mudah menanam tanaman, seperti singkong, kacang, dan kedelai karena tidak terlalu membutuhkan air," katanya.
Ia mengatakan jika para petani ingin memotong siklus hama wereng dan penggerek maka pola tanam harus dilakukan serempak atau lebih baik menanam tanaman palawija.
"Saat musim kemarau ini, para petani kami anjurkan menanam tanaman palawija daripada menanam padi. Dengan menanam palawija, para petani tidak teralalu bersusah payah mencari air jika dibanding menanam padi," katanya. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011