Dekat Bani Walid, Libya (ANTARA News) - Gerilyawan yang mendukung pemerintah baru Libya bertempur dengan loyalis pemimpin terguling Muammar Gaddafi di wilayah Bani Walid, Jumat, kata salah seorang komandan mereka.
"Sel-sel tidur revolusioner beraksi dan pertempuran berlangsung antara mereka dan orang-orang bersenjata yang setia pada Gaddafi di jalan-jalan kota itu," kata pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) Abdullah Kenshil, yang merundingkan penyerahan Bani Walid, lapor AFP.
Kenshil mengatakan, pasukan utama NTC masih berada di luar Bani Walid, sekitar "satu kilometer dari kota itu".
"Kami tidak akan meluncurkan serangan tanpa keputusan NTC, namun untuk saat ini kami tidak memiliki pilihan dan kami ingin melindungi pasukan kami dan penduduk kota itu," kata Kenshil kepada wartawan, sekitar 20 kilometer dari Bani Walid.
Ia juga melaporkan kematian satu orang dan empat orang yang terluka di pihak gerilyawan revolusioner, dan tiga kematian di jajaran pasukan pro-Gaddafi.
NTC memberi waktu hingga Sabtu bagi kota-kota yang masih setia pada Gaddafi agar menyerah.
Sebelumnya pada Jumat, pasukan NTC terlibat dalam pertempuran hebat di dekat kota itu.
"Pertempuran hebat antara pasukan kami dan pasukan pro-Gaddafi berlangsung di sektor-sektor yang sangat dekat dengan Bani Walid," kata komandan NTC Abdullah al-Khzami kepada AFP.
Gaddafi telah berjanji membuat Libya membara dan para pendukungnya tidak akan menyerah dan mengatakan, mereka yang melawannya terpecah-belah.
"Akan terjadi perang panjang dan Libya akan membara," kata Gaddafi, seperti dikutip saluran-saluran televisi berbahasa Arab pada awal September.
Gaddafi mengatakan, suku-suku di Bani Walid dan Sirte bersenjata dan tidak bisa ditaklukkan.
"Kami akan berperang dari lembah ke lembah, dari gunung ke gunung," katanya.
"Ada orang-orang yang takut suara saya akan terdengar oleh penduduk Libya dan berusaha mengacaukan transmisi," kata Gaddafi dalam pesan itu.
NTC, kelompok pemberontak yang kini berkuasa setelah mendongkel Gaddafi, sedang mengupayakan penyerahan diri Bani Walid dan Sirte, kota tempat asal mantan pemimpin Libya itu.
Keberadaan Gaddafi hingga kini tidak diketahui. Janji perangnya itu disiarkan ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.
Dewan itu kini sedang dalam proses memindahkan pemerintah mereka ke Tripoli dari markas sebelumnya di Benghazi, setelah mencapai kemenangan-kemenangan atas pasukan Gaddafi.
NTC, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, sejauh ini melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Muammar Gaddafi.
Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Gaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.
Kelompok pemberontak Libya kini telah memasuki Tripoli dan rejim Gaddafi telah dianggap jatuh oleh banyak kalangan.
Negara-negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya antara lain Rusia, Mesir, Chad, Turki, Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Gambia, Italia, Yordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol dan AS.
Gaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Gaddafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011