Surabaya (ANTARA News) - Kasus pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW pada koran Denmark yang memicu protes serta unjukrasa di berbagai negara Islam, kini dampaknya mulai dirasakan Indonesia, terutama Bali, karena pemerintah Denmark meminta warganya yang sedang melancong agar meninggalkan Bali. Salah seorang praktisi dan pelaku pariwisata di Pulau Dewata, IB Surakusuma, yang menghubungi ANTARA di Surabaya, Rabu, mengemukakan bahwa pemerintah "Negeri Dongeng HC Andersen" tersebut mengeluarkan perintah agar warganya yang sedang berwisata ke Indonesia, terutama Bali, untuk segera kembali. "Ya tambah 'teler' kita Mas. Pasca-abom Bali II bisnis pelancongan di Pulau Dewata sudah terpuruk. Sekarang turis asal Denmark 'kabur' lagi," ucap pemilik BPW (biro perjalanan wisata) khusus "MICE" (meeting intensive conference and exhibition) PT Pacific World Nusantara ini. Pasalnya, pebisnis yang karib disapa Lolec yang juga Wakil Ketua Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) ini mengaku bahwa pangsa pasar terbesar bisnis wisata yang digarapnya adalah wisman asal Eropa, termasuk Denmark, yang "share"-nya mencapai 40 persen. Berdasarkan data dari kantor Imigrasi Ngurah Rai, jumlah wisman asal Denmark ke Bali rata-rata setiap bulannya berkisar 650 sampai 700 orang. Menurut dia, semestinya kasus pelecahan kepada umat Islam tersebut, tidak ada hubungannya dengan Pulau Dewata yang masyarakatnya mayoritas menganut Hindu. Namun, Bali tetap terkena imbasnya, karena masyarakat dunia sudah tahu bahwa Bali bagian dari Indonesia. Ia menjelaskan "travel warning" terhadap Indonesia sudah lama dan belum dicabut resmi oleh pemerintah Denmark, karena masyarakatnya saat itu "cuek" saja -- tidak peduli -- dan tetap datang melancong ke Bali. Namun, sekarang pemerintah Denmark meng-"up-date" peringatannya dan menerapkan secara tegas. "Warga Denmark yang sedang berlibur di Indonesia, khususnya di Bali diminta segera pulang dan yang merencanakan berlibur ke Bali tidak diperbolehkan. Jadi itu `travel warning` lama yang diperbaharui," ungkapnya. Padahal, Lolec mengaku bahwa dirinya kini sedang menjamu delapan orang jurnalis dari berbagai media massa cetak dan elektronik dar Denmark, dan sudah sepekan melakukan liputan di Pulau Dewata. "Mereka menyatakan Indonesia, khususnya Bali, baik-baik saja dan kondusif untuk dikunjungi. Tetapi setelah diperintahkan pemerintahnya untuk pulang, nanti malam mereka memutuskan kembali ke negaranya, mestinya sesuai jadual 10 hari berada di Bali -- kurang tiga hari --," tutur Lolec lirih. Ia berharap pemerintah lebih intensif melakukan pendekatan diplomasi dengan warga dunia, dengan cara yang lebih canggih lagi. Karena nyatanya pariwisata terkena dampak tidak hanya masalah keamanan, politik, tetapi juga masalah lain yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan pariwisata. (*)

Copyright © ANTARA 2006