Teknik komunikasi warisan masih diperlukan untuk menjaga keseimbangan sosial

Malang (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengukuhkan Prof Dr Muslimin Machmud sebagai guru besar pertama bidang Ilmu Komunikasi Media Warisan (tradisional) di Tanah Air.

Rektor UMM, Dr Fauzan berharap dengan dikukuhkannya profesor baru di bidang komunikasi ini mampu menambah dan memperkuat energi kampus tersebut dalam meningkatkan daya saing internasional.

"Bahkan, Kampus Putih ini berhasil menduduki ranking enam kampus swasta terbaik se-ASEAN," kata Fauzan di sela pengukuhan Prof Dr Muslimin Machmud di Gedung Teater Dome UMM di Malang, Rabu.

Fauzan mengungkapkan bahwa Prof Muslimin merupakan pribadi yang bersahaja, pekerja keras dan penuh dengan tanggung jawab serta seorang problem solver yang andal.

Orasi ilmiah yang disampaikan Muslimin juga menarik, karena budaya komunikasi masyarakat di zaman sekarang cenderung langsung dan instan. Hanya segelintir yang menggunakan sindiran dan perlambangan seperti pantun maupun puisi.

Baca juga: UMM kukuhkan guru besar akuntansi dengan cara tak biasa

Baca juga: Tekuni pertanian potensial berpigmen, Elfi jadi Guru Besar UMM

"Puisi dan pantun sekarang hanya dipakai seni atau sastra, padahal dulu menjadi media untuk memberi nasehat kepada sesama. Sekali lagi, saya ucapkan selamat kepada Profesor Muslimin. Semoga bisa menginspirasi dan menebar manfaat berbagi,” ucapnya.

Senada dengan Fauzan, Ketua Badan Pembina Harian UMM yang juga Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy juga mengucapkan selamat kepada Muslimin atas capaiannya meraih puncak jenjang tertinggi bidang akademik.

Menurutnya, menjadi guru besar haruslah dijadikan sebagai impian bagi semua dosen. Sebagaimana seorang perwira yang bercita-cita ingin menjadi jenderal.

“Saya juga bangga karena di bawah kepemimpinan Pak Fauzan, UMM mampu melahirkan profesor-profesor baru dengan begitu deras. Tidak hanya dari segi jumlah, tapi juga bagus dari segi usia yang tergolong cukup muda,” ungkapnya.

Terkait hasil penelitian Muslimin, Muhadjir menilai bahwa kajian tersebut adalah sesuatu yang unik, karena tidak banyak yang memperhatikannya. Menurutnya, media warisan akan terus mengilhami ruh perkembangan media massa di masa kapanpun. Kajian itu akan lebih bagus jika dibarengi dengan kajian antropologi.

Sementara itu, dalam pidato ilmiahnya Prof Muslimin menjelaskan mengenai pemberdayaan media warisan di tengah gempuran media modern.

"Selain manfaat dan kemudahan, media modern juga memunculkan akibat buruk bagi masyarakat, sehingga peranan teknik komunikasi warisan masih diperlukan untuk menjaga keseimbangan sosial," katanya.

Ada beberapa fungsi dari media warisan yang bisa diperoleh, katanya, mulai dari fungsi hiburan, seperti materi lawakan dan gerak laku pemain, fungsi pendidikan dan dakwah, promosi serta penyebarluasan informasi. Begitu juga dengan fungsinya dalam upaya sosialisasi dan propaganda politik, kontrol sosial hingga pelestarian nilai budaya.

“Berdasarkan kajian yang saya teliti, media warisan terfokus pada tiga hal utama, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam serta hubungannya dengan Tuhan Sang Pencipta. Ketiganya juga memiliki pola masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya,” tuturnya.

Menurut Muslimin, media warisan yang merupakan produk budaya masyarakat perlu diberdayakan. Apalagi, media tersebut telah menjadi bagian dari kearifan masyarakat sekaligus menjadi karya budaya dan aset suatu bangsa.

“Dengan demikian, keberadaan media warisan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai salah satu sarana komunikasi yang efektif, terutama dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Selain Menko PMK, Muhadjir Effendy, hadir dalam pengukuhan Prof Dr Muslimin tersebut, Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur Prof Dr Soeprapto, DEA dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Nur Cholis Huda.

Baca juga: UMM masuk 23 universitas terbaik Asia

Baca juga: Aplikasi COVID-19 UMM raih Penghargaan IDEAthon Kemenristek

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022