Inflasi berarti para pekerja dengan upah minimum menjadi lebih miskin dan membuat gaji para pekerja terpangkas 2 persen, yang memperlebar kesenjangan ekonomi.

Jakarta (ANTARA) - Rumah tangga kulit hitam di Amerika Serikat terutama kelas ekonomi rumah tangga berpenghasilan rendah, dinilai lebih terdampak inflasi dibandingkan kelompok lain karena kesenjangan yang sudah berlangsung lama, demikian dilaporkan The Moguldom Nation pada Senin (7/3).

"Namun, sayangnya, ketimpangan pendapatan dan kenaikan inflasi dapat menjebak rumah tangga berpenghasilan rendah ke dalam jurang kemiskinan," ungkap portal berita AS itu mengutip Adewale Maye, seorang analis kebijakan terkait ras, etnis, dan ekonomi, saat menulis untuk Center for Law and Social Policy (CLASP).

"Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa harga-harga kemungkinan naik lebih cepat bagi mereka yang berpenghasilan rendah, sebuah fenomena yang disebut ketimpangan inflasi," tambah Maye.

Seorang pria mengisi bahan bakar mobil di sebuah stasiun pengisian bahan bakar di New York, Amerika Serikat, pada 13 Oktober 2021. (Xinhua

"Inflasi berarti para pekerja dengan upah minimum menjadi lebih miskin dan membuat gaji para pekerja terpangkas 2 persen, yang memperlebar kesenjangan ekonomi. Inflasi tinggi berarti peluang untuk menjadi pemilik sebuah rumah menjadi lebih kecil," kata laporan tersebut.

Disebutkan dalam laporan tersebut, inflasi akan memperlebar kesenjangan kekayaan rasial yang sudah besar. Keluarga kulit putih, secara rata-rata, memiliki kekayaan 10 kali lipat lebih besar daripada keluarga kulit hitam; 78 persen warga Amerika hidup dari gaji ke gaji, dan keluarga kulit hitam terwakili secara tidak proporsional dalam statistik itu, menurut laporan tersebut.

Rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah di AS membelanjakan uang sekitar 7 persen lebih banyak pada 2021 untuk produk serupa yang mereka beli pada 2020 atau 2019, rata-rata sekitar 3.500 dolar AS (1 dolar AS = Rp14.394), papar The Moguldom Nation mengutip analisis oleh Penn Wharton Budget Model.

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022