Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah mengatakan Bank Indonesia masih akan tetap melakukan kebijakan moneter cenderung ketat hingga beberapa bulan ke depan mengingat masih tingginya ekspektasi inflasi. "Dengan kebijakan yang cenderung ketat itu, pada bulan ini kita menetapkan BI Rate tetap 12,75 persen," katanya usai meresmikan Investor Relation Unit (IRU) di Gedung Bank Indonesia Jakarta, Selasa. Dijelaskannya, perkembangan ekonomi makro Indonesia saat ini memang sudah cukup stabil, meskipun laju inflasi Januari masih tinggi akibat kenaikan harga beras dan rencana kenaikan tarif dasar listrik. Namun, menurutnya, resiko tingginya ekspektasi inflasi pada tahun ini masih cukup besar akibat kenaikan harga minyak dunia dan kondisi pertumbuhan ekonomi global yang kurang baik. "Meski nilai tukar rupiah menguat sangat besar dalam beberapa bulan ini, resiko masih tingginya ekspektasi inflasi juga cukup besar dalam bulan ini dan beberapa bulan ke depan. Kita akan tetap cenderung ketat," katanya. Menurutnya, suku bunga BI 12,75 persen mempunyai selisih yang cukup besar dengan suku bunga di luar negeri sehingga arus dana masuk ke Indonesia diperkirakan akan sangat besar. "Karena itulah penguatan rupiah terus berlanjut dan sudah mencapai Rp9.180 per dolar AS," katanya. Sementara mengenai pengembangan IRU yang merupakan program bersama BI dengan sejumlah departemen di pemerintah, menurut Burhanuddin, merupakan kegiatan yang diharapkan bisa memperluas akses informasi, dialog dan pembinaan hubungan yang intensif dan berkesinambungan dengan investor. Dengan pengembangan IRU, lanjutnya, Indonesia memiliki program investor relation yang lebih proaktif terencana dan terkoordinasi melalui penyediaan yang terarah. "Dengan adanya IRU diharapkan dapat mendukung upaya mengembalikan kepercayaan investor asing dan pada akhirnya mampu membawa kembali rating Indonesia ke tingkatan investment grid," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006