Paris (ANTARA News/AFP) - Seorang perwira Prancis ditembak mati pada Rabu oleh pejuang saat ia mendampingi satuan tentara Afghanistan dalam gerakan di Afghanistan timur, kata pengumuman kepresidenan Prancis.
Kantor Presiden Nicolas Sarkozy menyatakan prajurit itu letnan dari resimen Zeni Parasut 17, yang bermarkas di kota Montauban, Prancis baratdaya, dan tewas di propinsi Kapisa, Afghanistan.
Ia adalah tentara ke-75 Prancis yang tewas di Afghanistan sejak pasukan sekutu ditempatkan di sana pada akhir 2001 setelah serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah Taliban.
Sekitar 4.000 tentara Prancis ditempatkan di wilayah pegunungan Kapisa mendukung upaya pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO memerangi pejuang Taliban dan membangun serta melatih pasukan Presiden Afghanistan Hamid Karzai.
Jajak pendapat menunjukkan pendapat umum dengan tegas menentang perang itu, namun Sarkozy menyatakan bertekad terus mendukung gerakan itu sampai satuan lain NATO meninggalkan negara terkoyak perang tersebut pada 2014.
Sebelumnya, jaringan televisi Prancis TF1 mengungkapkan bahwa salah satu wartawannya, Patricia Allemoniere, luka ringan saat ronda Prancis, yang diikutinya di Afghanistan, disergap.
Tidak jelas apakah ia luka dalam kejadian sama dengan yang dialami prajurit tewas itu.
Redaktur berita Catherine Nayl menyatakan Allemoniere dirawat untuk luka dangkal di wajahnya sesudah ia terkena pecahan kaca.
Lebih dari 45 negara mengerahkan tentara sebagai bagian dari lebih kurang 130.000 serdadu Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO tersebut.
Lebih dari 390 tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini, kata hitungan AFP berdasarkan atas angka laman mandiri icasualties.org.
Sementara itu, 711 tentara asing tewas untuk seluruh tahun lalu. Taliban sering menyasar pasukan asing dengan peledak rakitan kasar (IED), yang sering menyerang pasukan ronda jalan kaki atau di kendaraan lapis baja.
Sejak April hingga Juni tahun ini, 3.485 IED meledak atau ditemukan di Afghanistan, kata Badan Gabungan Penjinak IED Pentagon (JIEDDO), peningkatan 14 persen jika dibandingkan dengan masa sama tahun lalu.
Sejumlah 2.686 tentara asing tewas di Afghanistan sejak serbuan pada 2001, dengan Amerika Serikat menderita korban terbanyak dengan 1.746 orang, diikuti Inggris dengan 379, Kanada (157), Prancis (75), Jerman (52), Denmark (42), Italia (39), Spanyol (33), Polandia (29), Belanda (25), Australia (25), dan sisanya dari negara lain.
Pentagon pada Agustus berusaha menghilangkan kekhawatirannya akan kebangkitan Taliban setelah pejuang Afghanistan menembak jatuh helikopter pada akhir pekan sebelumnya, yang menewaskan 30 tentara Amerika Serikat, sebagian dari mereka tentara khusus Angkatan Laut SEAL.
Kejadian itu paling mematikan bagi pasukan Amerika Serikat di Afghanistan sejak perang tersebut dimulai hampir sedasawarsa lalu dan mengikuti serangkaian pembunuhan kelas tinggi serta serangan gerilyawan dalam beberapa bulan belakangan.
Pembunuhan begitu banyak tentara Amerika Serikat bergaung di dalam negeri tidak seperti kejadian di medan perang lain, dengan keluarga, pendeta dan teman mendiang pasukan itu tampil di media Amerika Serikat, memuji petempur dalam perang tak disukai itu, yang biasanya berada di belakang soal lain, seperti, ekonomi.
Banyak korban berasal dari Regu Enam SEAL, satuan khusus terpuji, yang melaksanakan serangan rahasia pada Mei untuk membunuh Osama bin Ladin.
(Uu.B002/S008)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011