Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan aliran masuk modal asing dan apresiasi rupiah akan berlanjut dengan volatilitas lebih tinggi akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI, Difi A. Johansyah, di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa belum pulihnya ekonomi negara maju membuat ekses likuiditas global dan persepsi risiko investor menjadi tinggi sehingga akan mendorong tetap derasnya aliran modal asing masuk ke negara-negara emerging economies, termasuk Indonesia, baik dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) maupun investasi portofolio.

BI, menurut dia, akan terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia, terutama dampak melambatnya volume perdagangan dunia, dan menurunnya harga komoditas global.

Dalam kaitan ini, BI akan mengambil respons suku bunga dan bauran kebijakan moneter maupun makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 4 hingga 6 persen pada 2011 dan 3,5 hingga 5,5 persen pada 2012.

BI juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.

Nilai tukar rupiah diperkirakan cenderung menguat meskipun relatif terbatas. Pada Agustus 2011, nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat tipis 0,05 persen ke level Rp8.525 per dolar AS dengan volatilitas yang menurun, meskipun sempat tertekan oleh faktor sentimen global terkait kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS dan Eropa.

Penguatan rupiah masih ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat dan imbal hasil yang menarik.

BI terus memonitor perkembangan nilai tukar rupiah dan memastikan kecukupan likuiditas rupiah dan valas yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan pasar domestik, katanya menambahkan.
(T.D012/N002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011