Jakarta (ANTARA News) - Ketidakpastian akibat krisis utang di Eropa dan AS membuat pelaku pasar yang sebelumnya membeli rupiah kembali melepasnya, sehingga mata uang lokal itu terhadap dolar AS cenderung turun.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis siang, turun sembilan poin menjadi Rp8.559 dari sebelumnya Rp8.550 per dolar.
Direktur Utama PT Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar masih menunggu rencana AS yang akan mengucurkan dananya ke pasar sebesar 300 miliar dolar dalam upaya membuka lapangan kerja baru.
Krisis utang di AS yang masih belum dapat diatasi mengakibatkan pertumbuhan ekonomi negara itu merosot yang semula ditargetkan tiga persen hanya tumbuh satu persen, katanya.
Menurut dia, tekanan terhadap rupiah juga berasal dari melemah bursa regional seperti Hang Seng, sehingga mendorong pelaku asing melepas rupiah di pasar domestik.
Asing semula membeli rupiah karena membaik bursa global setelah AS akan kembali memanfaatkan program paket stimulus tahap ketiga, katanya.
Meski rupiah melemah, lanjut dia posisi masih dibawah angka Rp8.600 per dolar. Pada posisi itu kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan masuk melakukan intervensi.
"Kami optimis BI akan melepas cadangan rupiah untuk menahan gejolak pasar yang terus menekan rupiah, " ucapnya.
Ia mengatakan, pelaku pasar lebih peduli terhadap krisis di Eropa yang makin memburuk ketimbang AS yang merupakan negara super power tetap memiliki kemampuan mengatasi masalah dalam negeri.
Karena itu, pelaku pasar lebih senang memegang dolar ketimbang mata uang Asia lainnya seperti yen, ucapnya.
Menurut dia, koreksi yang terjadi terhadap rupiah dalam beberapa hari ini hanya sementara saja karena peluang arus modal asing yang akan masuk ke pasar domestik makin besar.
Pelaku pasar hanya menunggu peluang untuk masuk kepasar dan melakukan pembelian terhadap rupiah, ucapnya.
(ANT/H-CS)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011