Kopenhagen (ANTARA News) - Denmark memprotes Iran atas serangan hari kedua terhadap kedubes Denmark hari Selasa dan menuntut perlindungan bagi para diplomatnya, di tengah-tengah kemarahan warga Muslim soal kartur Nabi Muhammad SAW yang pertama disiarkan di Denmark. Menlu Denmark Per Stig Moeller menelepon timpalannya dari Iran dan menuntut perlindungan dari Iran bagi kedubes dan keselamatan warga Denmark, kata seorang jurubicara. "Ia mengatakan Iran akan bertanggung-jawab atas kerusakan terhadap kepentingan Denmark," kata jubir tersebut seperti dikutip Kantor Berita Reuters. Gedung misi diplomatik Denmark telah dibakar, ditimpuki dan bendera negeri itu dibakar dalam aksi protes dari Suriah hingga Jakarta dalam beberapa hari terakhir dalam reaksi kemarahan terhadap kartun Nabi Muhammad tersebut. Surat kabar itu, Jyllands-Posten, meminta maaf atas pemuatan kartun yang diterbitkan September lalu, namun kemarahan warga Muslim makin meningkat ketika beberapa surat kabar di seluruh dunia menerbitkan kembali kartun tersebut. Dalam penerbitan kembali itu surat-surat kabar tersebut menyebutnya sebagai kebebasan berbiacara. Pemerintah Denmark berusaha meredakan warga Muslim namun belum meminta maaf atas aksi surat kabar itu. Beberapa warga Denmark mengkhawatirkan kemarahan itu akan menimbulkan risko serangan teroris di Denmark, yang menempatkan 530 tentaranya di Irak. Dalam jajak pendapat oleh radio Denmark, sekitar empat dari 10 orang mengatakan penerbitan kartun itu berarti akan ada risiko serangan. Lebih dari separoh responden mengatakan gap antara warga muslim dan non-muslim Denmark sewmakin melebar karena penyiaran kartun tersebut. Setelah memperhatikan nasehat keamanan dari pemerintah mereka, ribuan warga Denmark menangguhkan rencana lawatan mereka ke Timur Tengah dan Indonesia, dan satu perusahaan besar Denmark, Arla, telah memulangkan para pekerjanya akibat pembokoitan terhadap Denmark di Timur Tengah. Fie Sandfeld dari agen perjalanan Denmark, Star Tour, mengatakan lebih dari sepuluh kliennya dievakuasi dari Bali dan sekitar 3.000 warga Denmark membatalkan kunjungan ke Mesir -- namun banyak dari mereka yang kini berada di luar negeri menolak untuk kembali ke Denmark. "Saat ini ada 500 turis Denmark di Mesir dan 200 di Maroko. Kami telah meminta mereka pulang, namun umumnya mereka ingin tetap berada di sana," kata Sandfeld. "Hanya empat dari Mesir ingin pulang, namun kami mendengar bahwa situasinya telah tenang dan mereka tidak terpengaruh oleh konflik tersebut," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006