Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, Selasa, mengumumkan penemuan sejumlah spesies baru, baik flora maupun fauna, hasil dari ekspedisi pada November hingga Desember 2005 di hutan Membramo, Papua. Sejumlah spesies baru tersebut, diantaranya kanguru pohon mantel emas (dendrolagus pulcherrimus), lima jenis palem-paleman, burung hisap madu, serta penemuan kembali katak mata jaring (nyctimystes fluviatilis) dan katak xenorhina arboricola. "Penemuan tersebut masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih detil dan akurat, tetapi pada tahap awal dengan mengacu pada catatan publikasi jurnal-jurnal ilmiah kami dapat mengatakan bahwa sejumlah spesies merupakan spesies baru," kata Dr Johanis P. Mogea, peneliti utama Herbarium Bogoriense, LIPI. Para peneliti yang tergabung dalam tim ekspedisi tersebut yaitu peneliti dari LIPI, Conservation International Indonesia, Universitas Cendarawasih (UNCEN), dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Papua I di Pegunungan Foja, Mamberamo, Papua, membagi ruang kerja mereka dalam dua kelompok, yaitu flora dan fauna. Dalam survei itu, tim flora berhasil menemukan 24 jenis palem-paleman (palmae), yang lima jenis diantaranya tercatat sebagai spesies baru, satu jenis pholidocarpus, dua spesies rotan dan dua spesies palem licuala. Tim itu berhasil pula mengoleksi 550 jenis tumbuhan di luar keluarga palem-paleman, yang lima diantaranya termasuk spesies baru. "Ini merupakan catatan pertama penemuan genus pholidocarpus di New Guinea, selama ini genus ini hanya dilaporkan di Thailand, Malaysia, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi," kata Dr. Johanis P Mogea. Sementara itu, penemuan kanguru pohon mantel emas (dendrolagus pulcherrimus) disebut sebagai hasil survei yang paling spektakuler dan membanggakan, karena salah satu mamalia yang berstatus hampir punah ini tercatat sebagai penemuan pertama (first record) di wilayah Indonesia. Keberadaan spesies itu dilaporkan oleh Dr. Jared Diamond di Papua Nugini, pada tahun 1981 dan menjadi pembicaraan para ahli mamalia selama 25 tahun. "Para ahli mamalia menyebutkan bahwa kangguru pohon ini adalah spesies yang berbeda dari spesies di Pegunungan Torricelli, Papua Nugini. Kedua lokasi tersebut terpisah jauh dan terisolasi," kata ahli spesies Conservation International Indonesia, Dr. Yance de Fretes. Selain flora, pegunungan Foja juga dinyatakan sebagai salah satu lokasi yang kaya akan jenis amfibi di kawasan Asia Pasifik. "Dalam survei singkat ini saja kami berhasil mengoleksi 60 spesies, paling sedikit ada 20 jenis yang tercatat sebagai spesies baru," kata Stephen Richards M.Sc, peneliti asal South Australian Museum, Adelaide, Australia. Menurut dia, penemuan tersebut menarik karena terdapat katak berstatus sangat langka, yaitu katak mata jaring (nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola. "Kedua jenis ini hanya dapat ditemukan di dua lokasi di Papua Nugini dan Pegunungan Foja," kata Steve, panggilan akrab Stephen. Pada kesempatan itu dia juga menjelaskan bahwa populasi katak yang dikategorikan sebagai spesies baru masih cukup signifikan. "Populasinya masih cukup signifikan sehingga tidak ada kekhawatiran akan punah hingga beberapa waktu ke depan," katanya. Untuk jenis burung di Papua, tim peneliti menemukan satu spesies baru yaitu jenis burung penghisap madu dari genus Meliphagidae. "Sampai kini spesies ini masih dalam penelitian dan belum diberi nama ilmiah, tetapi penemuan spesies tersebut merupakan yang terbaru untuk jenis burung pertama dalam kurun waktu 70 tahun terakhir," kata salah seorang peneliti LIPI, Dewi. Dalam survei tersebut juga ditemukan burung mandur dahi emas (amblyornis flavifrons). Burung itu dideskripisi pada tahun 1895 dari dua burung opsetan, yang didapat dari pedagang burung. Penemuan itu menguak misteri keberadaannya, setelah 110 tahun tak diketahui habitat asli dan daerah penyebarannya. Burung spektakuler lain yang ditemukan adalah cendrawasih parotia (Parotia berlepschi). "Lantaran keterbatasan informasi habitat dan penyebarannya sebelumnya, spesies ini mungkin akan di usulkan sebagai spesies tersendiri," katanya. Sementara itu, tim kupu-kupu berhasil mengoleksi sekitar 170 spesies. "Tim kami berhasil mengidentifikasi lima jenis kupu-kupu spesies baru," ujar Br. Henk, ahli kupu-kupu dari Papua. "Tak pernah selama hidup saya mengoleksi begitu banyak spesies baru dalam waktu singkat dan hanya di satu lokasi saja," kata ahli kupu-kupu yang telah meneliti kupu-kupu di Tanah Papua selama 30 tahun lebih. Adanya hasil survei awal itu tentu saja memberikan gambaran bahwa banyak terdapat kekayaan hayati Mamberamo yang belum tersingkap. "Penelitian ini sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kendala dana bukanlah suatu hambatan bagi sebuah penelitian. Kendala itu dapat diatasi dengan cara kolaboratif," ujar Dr. Dedi Darnaedi, Kepala Pusat Biologi LIPI. Menurut dia, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan yang berarti bagi pemerintah daerah dan para pengambil keputusan lainnya agar membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan konservasi alam dan menjadi kebanggaan masyarakat Papua. Sementara itu, Jatna Supriatna, Ph.D, Regional Vice President Conservation International Indonesia berharap agar wilayah Foja yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo yang menyuplai air bersih di seluruh kawasan Utara Papua akan tetap terjaga sehingga keanekaragaman hayati juga tetap lestari. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006