Borobudur, Jawa Tengah (ANTARA News) - Sejumlah seniman kawasan Candi Borobudur menggelar performa bertajuk "Pengangkatan Wayang" saat halalbihalal di depan Pendopo Gandok Seni Boedihardjo Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kemarin.
Mereka yang tergabung dalam Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) pimpinan Umar Chusaeni itu mengusung sejumlah wayang kulit yang menggambarkan berbagai tokoh dunia pewayangan dengan menggunakan tatanan tiba batang bambu saat performa tersebut.
Kalangan pekerja seni dan budayawan baik di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten dan Kota Magelang hadir menyaksikan performa mereka dalam rangka halalbilahal di pendopo yang terletak sekitar 500 meter timur candi warisan peradaban dunia tersebut.
Dalang Ki Eko Suyoto dengan iringan siter yang dimainkan tokoh tua,pemain alat musik tradisional itu berasal dari kawasan Candi Borobudur, Mbah Dekak, melantunkan suluk dan tembang Jawa saat sejumlah seniman tersebut menggelar performa yang dimaksudkan sebagai simbol pentingnya budaya wayang terus dilestarikan dan dikembangkan pada masa mendatang.
"Karya seni wayang terus dimainkan, dilestarikan, dan dikembangkan. Seni pewayangan sarat akan nilai-nilai hidup manusia terutama Jawa," kata Umar.
Panggung performa dihias dengan "penjor wayang" antara lain tokoh Kresna, Limbuk, Buto Terong, Puntodewa, Sencaski, Baladewa, Anoman, sedangkan di tengah panggung tersebut berupa properti gunungan wayang yang dibuat dari anyaman ilalang.
Para seniman KSBI memasang tiga bambu membentuk simbol gunung yang digantungi sejumlah tokoh wayang seperti Rahwana, Gatotkaca, Aswotomo, dan Sengkuni di depan panggung yang juga tempat dalang melantunkan suluknya.
Tabuhan gong dan jimbe serta taburan bunga mawar warna merah dan putih turut menyemarakkan performa yang terkesan bersifat kontemplasi atas dunia pewayangan tersebut.
Seniman Agus Merapi membakar dupa dan mengeksplorasi gerak dengan menaburkan kembang mawar tersebut.
Pada kesempatan itu penyair Kota Magelang, ES Wibowo, membacakan karya puisinya berjudul "Janur Borobudur".
Budayawan Borobudur yang juga Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI) Kabupaten Magelang, Ariswara Sutama, mengatakan, berbagai nilai kebersamaan terkandung dalam kisah pewayangan.
"Ada nilai tentang pentingnya berkumpul dan bersilaturahmi, saling mendekatkan dan menjaga kebersamaan," katanya.
Ia juga mengatakan, halalbihalal kalangan seniman dan budayawan yang diprakarsai pengelola Pondok Tingal Borobudur itu sebagai kesempatan yang baik untuk mendorong semangat pengembangan kesenian dan gerakan kebudayaan dengan bertumpu kepada potensi budaya dan keagungan Candi Borobudur.
"Candi Borobudur menyimpan nilai-nilai yang kompleks antara lain seni, budaya, arsitektur, nilai kehidupan manusia secara universal, dan bahkan kawasannya yang menarik sebagai `mandala`. Borobudur menjadi kebanggaan berbagai komunitas terutama di sekitarnya," katanya.
(L.M029*H018)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011