"Saya ini masih warga negara Indonesia juga dan putra asli Buton, Sultra. Kok rekan-rekan saya yang sama-sama mengharumkan nama bangsa, diberi penghargaan jadi PNS dan sebuah rumah, sementara saya tidak dapat apa-apa, kan aneh ini," katanya.Kendari (ANTARA News) - Menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sudah lama menjadi impian dari La Dai, sejak dia menoreh prestasi gemilang di cabang olahraga dayung nasional.Status tersebut telah dijanjikan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ketika dirinya mempersembahkan medali emas pertama bagi kontingen Sultra dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XII Jakarta tahun 1989.
Namun, hingga pensiun dari atlet tahun 1995, janji Pemprov Sultra tersebut tak pernah diwujudkan. Meski demikian, pada usianya yang sudah 42 tahun ini, ia masih terus menanti janji jadi PNS tersebut.La Dai pun telah berulang kali mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga dayung Asia maupun internasional.
Ditemui di kediamannya di Jalan Wangganggaa, Kelurahan Bone-bone, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Minggu, lelaki kelahiran Bone-bone tahun 1969 itu mengaku sudah cukup lelah menanti janji Pemerintah Provinsi Sultra untuk menjadikan dirinya PNS dan memberinya hadiah sebuah rumah.
"Dua mantan gubernur Sultra, yang kini sudah almarhum yakni, H Alala dan H Kaimoeddin yang menjanjikan saya jadi PNS dan hadiah rumah. Namun sudah dua gubernur pula berganti, Ali Mazi dan Nur Alam, janji itu belum juga terwujud," katanya.
La Dai yang lulusan Sekolah Menengah Teknologi (STM) Negeri Baubau tahun 1988, memang tidak seberuntung rekan-rekannya sesama atlet dayung nasional seperti Anisi atau Ilyas, yang sama-sama mengharumkan nama bangsa Indonesia di arena olahraga dayung Asia maupun dunia internasional.
Jauh sebelum pensiun dari atlet dayung nasional, Anisi dan Ilyas yang juga hanya lulusan SLTA, sudah diangkat menjadi PNS di lingkup Pemerintah Provinsi Sultra dan mendapatkan hadiah rumah dari Pemerintah Provinsi Sultra.
Sedangkan La Dai, peraih empat medali emas sekaligus dalam SEA Games XVIII Chiang Mai tahun 1995, pascapensiun dari atlet harus berjuang keras menjadi nelayan tangkap ikan untuk menghidupi istri dan empat orang putra-putrinya.
"Untuk bisa membangun rumah tempat berlindung keluarga, terpaksa saya harus mengambil kredit dari bank dengan jaminan sertifikat tanah orangtua," katanya.Tekanan pengembalian cicilan kredit bank itulah yang memaksa La Dai berjuang keras menjadi nelayan tangkap ikan cakalang di Bone-bone.
Pada saat yang sama, ia ikut menjadi pelatih atlet olahraga dayung di Kota Baubau yang berlaga di berbagai kejuaraan dayung, baik di tingkat regional maupun nasional."Alhamdulillah, dengan pendapatan menjadi nelayan tangkap ikan cakalang, saya bisa menyelesaikan pengembalian cicilan kredit bank," kata peraih dua medali emas pada Kejuaraan Dayung Dunia di China tahun 1992 itu.
Berharap jadi PNS setelah kurang lebih 11 tahun (1995 - 2006) menekuni `profesi` sebagai nelayan tangkap ikan cakalang, sekaligus pelatih atlet dayung Kota Baubau, Pemerintah Kota Baubau di bawah kendali Walikota H Amirul Tamim, memberi kepercayaan kepada La Dai sebagai Kepala Pasar Wameo, dengan status pegawai honorer.
Ia berharap melalui pengabdian sebagai kepala pasar itu, Pemerintah Kota Baubau masih memberinya kesempatan menjadi PNS."Saya masih terus berharap dapat diangkat menjadi PNS karena hal itu bisa menjadi masa depan anak-anak saya ketika kelak saya tidak dibutuhkan lagi menjadi kepala pasar," kata peraih empat medali emas pada SEA Games XVI Pilipina tahun 1991 itu.
Terus berharap jadi PNS, lelaki peraih tiga medali emas pada Kejuaraan Dayung Internasional Asia Pasifik tahun 1992 di Palangkaraya Indonesia itu, bukan semata-mata karena memikirkan masa depan empat putra-putrinya, akan tetapi lebih pada tuntutan keadilan.
Masalahnya, sejumlah atlet lainnya yang berprestasi di Sultra sudah diangkat jadi PNS dan diberi hadiah rumah oleh Pemerintah Provinsi Sultra."Saya ini masih warga negara Indonesia juga dan putra asli Buton, Sultra. Kok rekan-rekan saya yang sama-sama mengharumkan nama bangsa, diberi penghargaan jadi PNS dan sebuah rumah, sementara saya tidak dapat apa-apa, kan aneh ini," katanya.
Selama berkarir di dunia olahraga dayung, La Dai bertabur medali emas. Sebanyak 19 kali mengikuti kejuaraan Dayung Asia maupun dunia Internasional, ia berhasil menyumbangkan 29 medali emas bagi kontingen Indonesia.Medali emas terbanyak ia persembahkan kepada kontingen Indonesia pada SEA Games XVI Pilipina tahun 1991 dan SEA Games XVIII Chiang Mai tahun 1995, yakni masing-masing empat medali emas.
Sedangkan pada Kejuaraan Dayung Internasional Asia Pasifik tahun 1992 di Palangkaraya, Indonesia, dan SEA Games XVII tahun 1993 di Singapura, ia merebut masing-masing tiga medali emas.Prestasi lain yang ditorehkan La Dai, masuk final pada Asian Games XI tahun 1990 di Beijing, China.
Sementara di beberapa kejuaraan Dayung Internasional seperti Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Kanada, Hongkong, Malaysia dan Singapura, masing-masing ia mempersembahkan satu medali emas."Ini daftar medali emas yang pernah saya raih pada kejuaraan Dayung Asia maupun Dunia Internasional," ujarnya sambil menyodorkan daftar prestasi olahraga Dayung dari KONI Sultra yang pernah ia raih.
La Dai memiliki dua putra dan dua putri, hasil pernikahannya dengan Hasniah, perempuan kelahiran Bone-bone, Buton tahun 1971.Putra sulung, Deny yang lahir tahun 1996 kini sudah duduk di kelas I Sekolah Menengah Atas (SMA) dan si bungsu Andini yang lahir tahun 2005 baru masuk sekolah dasar (SD). Sedangkan anak kedua, Rudi (13) dan anak ketiga Niar (10) masing-masing duduk di kelas 3 SMP dan kelas 6 SD.
Berikut adalah prestasi yang pernah diraih La Dai:
- Kejuaraan Asia Kayak Turing di Jatiluhur 1989 (emas)
- Asian Games XI di Beijing 1990 (finalis)
- Kejuaraan Dunia di Hongkong 1991 (emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Singapura 1991 (emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Malaysia 1991 (emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Thailand 1991 (emas)
- SEA Games XVI di Pilipina 1991 (emas)
- Kejuaraan Internasional Asia Pasifik di Palangkaraya Indonesia 1992 (3 emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Singapura 1992 (emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Malaysia 1992 (emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Hongkong 1992 (emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Kanada 1992 (emas)
- Kejuaraan Dunia di China 1992 (dua emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Hongkong 1993 (emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Sidney Australia 1993 (emas)
- SEA Games XVII di Singapura 1993 (tiga emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Malaysia 1995 (emas)
- Kejuaraan Internasional Dragon Boat di Hongkong 1995 (emas)
- SEA Games XVIII di Chiang Mai 1995 (empat emas)
Melihat segudang prestasi itu Pemda Sultra lantas menjanjikan La Dai untuk menjadi PNS, plus hadiah rumah, namun janji itu hingga kini tak tak pernah berwujud menjadi kenyataan, entah hingga kapan.
(ANT)
Oleh Azis Senong
Copyright © ANTARA 2011