Jakarta (ANTARA) - Grup band metal Voice of Baceprot (VoB) menceritakan kisah mereka saat melawan stereotip terhadap perempuan.
Menurut Marsya, sang vokalis, awalnya mereka kerap menerima kritikan bahkan diminta untuk berhenti bermusik karena dianggap tidak cocok dengan penampilan mereka.
Baca juga: Voice of Baceprot tutup tahun dengan pertunjukan Supermusic NEXTZone
"Paling banyak adalah yang menyuruh berhenti bermain musik. Kebanyakan orang berpikir kita kurang cocok untuk main musik yang keras dengan penampilan berhijab. Jadi orang-orang menyarankan untuk berhenti bermusik atau tetap bermusik tapi lepas hijab," kata Marsya saat acara virtual bersama Google, Senin.
"Banyak juga yang menyarankan untuk fokus di rumah saja. Hal-hal semacam itu sudah jadi makanan sehari-hari kita," lanjut Marsya.
Komentar-komentar negatif tersebut, kata Marsya, datang dari berbagai arah, termasuk keluarga dan lingkungan sekitar mereka.
"Kalau dari keluarga, mereka menganggap profesi sebagai pemusik itu enggak bisa menjamin masa depan. Di lingkungan juga disangkanya kita mau menyebarkan pengaruh buruk," ujar Marsya.
Meski demikian, Marsya dan rekan satu bandnya yakni Sitti dan Widi, tak menghiraukan komentar negatif tersebut karena merasa telah menemukan diri mereka di musik.
Baca juga: Voice of Baceprot tutup tahun dengan pertunjukan Supermusic NEXTZone
"Seiring berjalannya waktu, kita menemukan diri kita di musik. Kita memang sempat takut mengambil langkah, tapi kita akhirnya tetap yakin pada diri sendiri," tutur Marsya.
"Kita memutuskan tetap jalan, karena kalau berhenti, justru itu yang mereka inginkan. Kita enggak mau menyerah karena ketakutan," imbuhnya.
Meski musik metal terdengar keras, Marsya mengatakan yang terpenting dalam bermusik adalah pesan yang ingin disampaikan kepada para pendengarnya.
Menurut Marsya, musik metal banyak menyuarakan keadilan, isu kesetaraan, isu lingkungan, hingga isu kemanusiaan. Hal itulah yang membuat Voice of Baceprot tetap konsisten dengan musik tersebut.
"Kami berniat untuk memasukkan pesan-pesan baik termasuk kesetaraan gender dan hak-hak perempuan di musik kami. Kami percaya musik memiliki bahasa sendiri yang bisa menyentuh semua usia dan kalangan," pungkas Marsya.
Baca juga: Watsons gelar rangkaian program ajak wanita lebih percaya diri
Baca juga: Google ajak perempuan Indonesia berani tunjukkan jati diri
Baca juga: Menaker siapkan Kepmenaker cegah kekerasan seksual di tempat kerja
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022