Kepala Imigrasi Mota Ain, Wijai Umar yang dihubungi dari Kupang, Jumat, membenarkan peristiwa naas yang menimpa anggota polisi PBB asal Pakistan tersebut.
Ia menjelaskan bahwa perahu yang mereka tumpangi untuk rekreasi itu terbalik karena kehilangan keseimbangan. Peristiwa itu terjadi pada Kamis (1/9) siang, setelah mereka ditolak masuk ke wilayah Indonesia untuk berekreasi mengisi hari libur di sekitar tapal batas kedua negara.
"Jumlah mereka sekitar 13 orang dengan menggunakan dua mobil. Mereka meminta izin masuk ke wilayah kita untuk berekreasi, namun saya tidak mengizinkan," ujar Wijai Umar.
Rombongan polisi PBB itu kemudian kembali ke wilayah Timor Leste dan memarkir mobilnya di sekitar pos penjagaan Batugade, Timor Leste.
Mereka kemudian berjalan kaki ke arah pantai untuk rekreasi di sekitar Teluk Raikun Mota Ain, Indonesia.
Ketika melihat sebuah perahu kecil ditambat di bibir pantai, tujuh dari 13 anggota polisi PBB itu langsung menarik ke arah laut untuk menumpangnya.
Perahu kecil milik Joni, seorang nelayan asal Desa Silawan, Kabupaten Belu, diambil ketujuh anggota polisi PBB itu tanpa sepengetahuan sang pemilik.
Setelah berputar-putar di Teluk Raikun Mota Ain, perahu tersebut terbalik karena kehilangan keseimbangan.
Ketujuh anggota polisi PBB tersebut tenggelam, namun Letda Kamran Khan, tidak berhasil diselamatkan oleh keenam rekannya, dan langsung dievakuasi ke Maliana, Distrik Bobonaro, Timor Leste.
"Kejadiannya begitu cepat, dan korban langsung dievakuasi ke Maliana oleh rekan-rekannya. Namun, nyawanya tidak bisa terselamatkan," kata Wijai Umar.
(*)
Pewarta: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011