Makassar (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar menyatakan peralihan fase pandemi COVID-19 menjadi endemi harus dipersiapkan secara matang di tengah meningkatnya kasus penularan harian.

Humas IDI Makassar dr Wachyudi Muchsin di Makassar, Sabtu, mengatakan pemerintah telah mengumumkan setelah dua tahun pandemi COVID-19 di Indonesia akan berubah ke fase endemi.

"Di Indonesia, kasus pertama terjadi 2 Maret 2020 dan sampai hari ini ada 5,5 juta orang sudah terinfeksi, 148 ribu lebih jiwa meninggal dunia karena COVID-19. Tidak lama lagi ini akan menjadi endemi biasa," ujarnya.

Dokter Wachyudi Muchsin mengatakan boleh-boleh saja pemerintah berniat masuk ke fase endemi, tetapi dengan catatan harus ada dukungan dari pemerintah dan masyarakat yang solid.

Baca juga: Pengamat: Peningkatan cakupan vaksinasi kunci menuju endemi

Baca juga: Satgas: Endemi tak bisa diraih bila ada negara yang tertinggal

Salah satu yang harus diperkuat pemerintah untuk beralih fase adalah basis data. Menurut dia, di Indonesia sering masih ditemui persoalan ketiadaan data sebagai dasar pengambilan kebijakan berbasis bukti.

Terdapat diskrepansi antara data pemerintah pusat dan daerah dan tidak seluruh penyajian data dilakukan secara riil dan terbarukan.

"Perbedaan data ini mengakibatkan pengambilan keputusan untuk kebijakan pandemi sering kali menjadi tidak sinkron," katanya.

Dokter Yudi menerangkan untuk masuk ke fase endemi, protokol kesehatan di semua instansi, gedung, wisata, rumah ibadah, tempat hiburan, dan lainnya harus tegas dan disiplin diterapkan. Kemudian terus mendorong percepatan vaksinasi secara menyeluruh di semua lapisan umur.

"Prokes plus vaksin harus dipersiapkan, jangan cepat terlena melihat angka pasien yang terpapar sudah landai dalam 3-4 bulan," ujarnya.

Untuk mengubah kondisi menjadi endemi atau hidup berdampingan dengan virus, tentu memerlukan cara pandang hidup dan kondisi yang baru. Cara pandang ini yang akan membawa Indonesia mendekati situasi yang normal.

Hal lain yang harus terus dipersiapkan oleh pemerintah, sehingga masyarakat tidak kaget saat perubahan situasi terjadi adalah memasifkan sosialisasi dan edukasi.

"Semua upaya yang ada perlu disertai edukasi yang mumpuni agar berdampingan bersama COVID-19 nantinya bukan hanya slogan saja," ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga harus terus aktif melaksanakan testing dan penelusuran (tracing). Hingga ada jaminan pada fasilitas respon kesehatan yang lebih mumpuni dari awal pandemi COVID-19 hingga beberapa tahun ke depan di semua tingkatan .

IDI Kota Makassar menekankan bahwa butuh proses serta membutuhkan waktu untuk masuk ke endemi. Tidak bisa langsung seperti main sulap.

"Semua kebijakan dalam proses transisi yang akan dilalui bersama tentunya tidak dapat dilakukan secara terburu-buru dan hanya mengikuti tren yang ada," ucapnya.

Wachyudi Muchsin menambahkan selain itu saat ini banyak yang sakit bergejala atau tanpa gejala memilih untuk isolasi mandiri tidak melakukan tes usap (swab) antigen atau PCR sehingga data kesannya melandai padahal kondisi di lapangan tidak demikian.*

Baca juga: Disiplin prokes kunci akhiri pandemi untuk masuk ke endemi

Baca juga: Pakar: Dua tahun pandemi, Indonesia belum capai indikator endemi

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022