...Boediono berfoto mengenakan topi itu sambil.... memegang sasando...
Jakarta (ANTARA News) - Bukan hal percuma jauh-jauh datang dari Pulau Rote, NTT. Alat musik tradisonal asal pulau itu menyita perhatian hadirin dari berbagai kalangan dalam silaturahmi di kediaman resmi Wakil Presiden Boediono, di Jakarta Pusat, Rabu siang.


Sasando dan pemetiknya asli dari Pulau Rote "ditugasi" mengiringi silaturahmi Lebaran Wakil Presiden Boediono dan keluarga. Latar belakang hadirin beragam, para menteri kabinet pemerintahannya, duta-duta besar, dan undangan lain yang muskil diurai satu-satu.


Tuan rumah, Boediono sendiri pun menunjukkan minat dan keingintahuan menonjol soal alat musik petik (kategori string dalam terminologi musik) yang dimainkan pemusiknya. Sasando terbuat dari jalinan daun dewasa lontar yang dibentuk seperti separuh bola.


Dari tengah bulatan itu, terdapat "setang" bulat tempat belasan senar dari dawai metal yang dipasang dengan panjang berbeda-beda. Makin pendek dawai, makin tinggi nada diproduksi dari "lubang suara" berasal bulatan setengah bola itu.


Cara memainkannya juga unik; pemetik harus "memeluk" sasando dalam keadaan duduk sehingga mirip dengan cara memetik harpa.


Karena keunikan itu, bisa dipahami kini cuma sedikit pemusik setempat yang bisa mengolah komposisi tradisional ataupun di luar itu. Ingat "Bolelebo" yang mengungkap kecintaan pada Tanah Timor? Orisinalitas cita rasa musik dan nuansa NTT-nya makin mengkristal jika diiringi dengan sasando itu.


Kepada pemetik sasando yang tampil di kursi dalam busana topi daun lontar dan kain tenun bermotif Rote, Boediono berbincang langsung. Boediono, yang juga ahli dan dosen ilmu ekonomi itu, tersenyum dan memandangi secara serius sasando tersebut.


Dia bertanya beberapa hal tentang sasando itu. Sayang sekali, isi pembicaraannya tidak diketahui kecuali ekspresi wajah mereka berdua yang sangat cair itu.


Topi lelaki dari daun lontar khas etnik Rote itu memang unik. Keunikan itu menjadi penarik hati Boediono yang tidak ragu menerima tawaran pemetik sasando untuk mengenakannya di kepala.


Kilatan blitz dan bunyi rana bekerja dari kamera-kamera fotografer, pun dari kamera di telefon genggam kontan bersahut-sahutan. Ini peristiwa langka, sekaligus bentuk apresiasi wakil presiden atas kekayaan khasanah budaya Tanah Air.


Boediono berfoto mengenakan topi itu sambil.... memegang sasando. (A025)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011