kami terus melakukan intervensi spesifik dalam upaya mengentaskan stuntingBandarlampung (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung mencatat angka stunting di daerahnya pada tahun 2021 mengalami penurunan berdasarkan Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI).
"Angka stunting di Lampung berdasarkan Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 sebesar 18,5 persen mengalami penurunan yang cukup signifikan dibanding tahun 2019 yang sebesar 26,26 persen," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana di Bandarlampung, Jumat.
Ia mengatakan, dari 15 kabupaten dan kota di Lampung terdapat 5 daerah yang memiliki peningkatan angka stunting dan memerlukan perhatian untuk terus ditekan.
"Prevalensi kekerdilan di Lampung ada sejumlah daerah yang mengalami peningkatan seperti di Kabupaten Pringsewu sebesar 1,24 persen, Waykanan 1,75 persen, Pesisir Barat 2,91 persen, Tulang Bawang Barat 4,71 persen, Lampung Barat 0,37 persen," katanya.
Baca juga: Ketua PKK Lampung ajak kader jadi motor penggerak atasi stunting
Baca juga: Dinkes Bandarlampung klaim angka stunting rendah
Menurutnya, ada sejumlah penyebab yang mengakibatkan seorang anak mengalami kekerdilan seperti adanya ibu yang memiliki riwayat penyakit tertentu.
"Lalu tingkat kerawanan pangan pada rumah tangga, kemiskinan, serta tidak baiknya sanitasi di lingkungan juga cukup mempengaruhi terjadinya stunting," ucapnya pula.
Ia menjelaskan, hal tersebut juga ikut serta menimbulkan stunting pada anak.
"Beberapa penyebab tersebut dapat mengakibatkan stunting pada anak, sehingga kita dorong agar angka stunting pada anak dapat terus menurun," ucapnya.
Baca juga: Sembilan organisasi deklarasi "Gerakan NGO Indonesia Peduli Stunting"
Baca juga: PPI gandeng kampus dalam percepatan penurunan stunting
Menurutnya, ada sejumlah penyebab yang mengakibatkan seorang anak mengalami kekerdilan seperti adanya ibu yang memiliki riwayat penyakit tertentu.
"Lalu tingkat kerawanan pangan pada rumah tangga, kemiskinan, serta tidak baiknya sanitasi di lingkungan juga cukup mempengaruhi terjadinya stunting," ucapnya pula.
Ia menjelaskan, hal tersebut juga ikut serta menimbulkan stunting pada anak.
"Beberapa penyebab tersebut dapat mengakibatkan stunting pada anak, sehingga kita dorong agar angka stunting pada anak dapat terus menurun," ucapnya.
Baca juga: Sembilan organisasi deklarasi "Gerakan NGO Indonesia Peduli Stunting"
Baca juga: PPI gandeng kampus dalam percepatan penurunan stunting
Dia melanjutkan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) eksklusif sejak nol sampai enam bulan dan pemberian makanan pendamping ASI setelah usia anak 6 bulan menjadi salah satu upaya mencegah stunting.
"Selain itu untuk mencegah stunting anak juga perlu diberi ASI hingga usia 2 tahun, dan anak harus rutin ikut serta dalam pengukuran panjang badan di posyandu atau puskesmas tiap 3 bulan sekali," ujarnya lagi.
Ia mengatakan, pihaknya akan terus melakukan intervensi secara spesifik dengan melakukan pemantauan pertumbuhan anak melalui deteksi dini.
"Kami terus melakukan intervensi spesifik dalam upaya mengentaskan stunting pada anak salah satunya dengan melakukan deteksi dini pada anak usia 0 sampai 2 tahun," katanya lagi.
Baca juga: BKKBN siapkan 200 ribu tim pendamping untuk turunkan angka "stunting"
Baca juga: BKKBN: Besarnya populasi pengaruhi tingginya jumlah anak yang stunting
Baca juga: Seharusnya tak ada gizi buruk di negara kaya pangan
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022